Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden: Kontrak Tangguh Merugikan Negara

Kompas.com - 28/08/2008, 14:15 WIB

Laporan Wartawan Kompas Wisnu A Nugroho

JAKARTA, KAMIS — Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengemukakan, upaya negosiasi ulang kontrak gas Tangguh untuk Provinsi Fujian, China, dilakukan untuk mencegah potensi kerugian negara. Tim di bawah pengawasan Wakil Presiden Jusuf Kalla dibentuk oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian untuk upaya renegosiasi itu. "Kalau tidak diperbaiki, akan besar sekali kerugian negara dibandingkan kontrak-kontrak gas lain seperti di Bontang dan Arun," ujar Presiden saat memberi pengantar rapat kabinet paripurna di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis (28/8).

Pernyataan terbuka Presiden dikemukakan kepada seluruh menteri dan pejabat yang hadir dalam rapat. Tidak seperti biasanya, wartawan diberi akses meliput hingga beberapa puluh menit. Biasanya, wartawan bisa meliput rapat kabinet di Kantor Presiden hanya beberapa menit untuk sekadar mendapat gambar. "Ini yang mesti diperjuangkan untuk dinegosiasikan. Niat renegosiasi agar negara tidak dirugikan," ujar Presiden.

Kontrak gas Tangguh ditandatangani pada masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri. Saat itu, Yudhoyono menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan dan Kalla sebagai Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat. Tim negosiasi Tangguh dipimpin Taufik Kiemas, suami Megawati.

Untuk negosiasi ulang itu, Presiden menugaskan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sri Mulyani membentuk tim yang kuat bersama tim teknis terkait. "Tim akan di bawah supervisi Wapres," ujar Presiden.

Akhir pekan lalu, sesaat sebelum menghadiri penutupan Olimpiade Beijing, Wapres bertemu Wapres China Xi Jinping. Menurut Kalla, keduanya sepakat menegosiasi ulang kontrak gas Tangguh. Tidak ada satu keterangan pun dari pihak China soal hasil pertemuan atau konfirmasi soal pernyataan Kalla.

Karena pernyataan Kalla, persoalan kontrak gas Tangguh kembali hangat dibicarakan. Pembicaraan ini tidak lepas dari rivalitas yang tidak pernah padam antara pemerintah dan oposisi di DPR. Pemerintah diwakili Yudhoyono-Kalla dan oposisi diwakili Megawati. Saat ini, oposisi di parlemen tengah menyelidiki sejumlah kasus soal kebijakan energi, termasuk kebijakan kenaikan harga BBM oleh pemerintahan Yudhoyono-Kalla.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com