Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Produk Makanan China Masih Beredar di Pontianak

Kompas.com - 25/09/2008, 18:18 WIB

PONTIANAK, KAMIS - Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Pontianak yang melakukan razia di sejumlah superm arket di Kota Pontianak, Kamis (25/9), masih menemukan adanya produk makanan China yang dilarang beredar. Pada saat yang bersamaan, Tim Pengawasan Ternak dan Produk Peternakan Ilegal (P TP2I) Provinsi Kalimantan Barat memusnahkan ratusan makanan kaleng impor ilegal yang beberapa hari sebelumnya disita.

Dalam razia yang dilakukan di supermarket Garuda Mitra di daerah Sungai Jawi, BPOM Pontianan menemukan 19 bungkus biskuit Oreo buatan China. Pada kemasan biskuit itu ada kode ML, yang berarti merupakan produk makanan dari luar negeri.

"Kami hanya melakukan razia pada 28 jenis makanan yang dilarang beredar, seperti yang tercantum dalam surat BPOM RI. Merek yang sama untuk produk dalam negeri tidak ikut dirazia," kata Kepala Seksi Penyidikan BPOM Pontianak Isabella.

Di supermarket lain, seperti di Mitramart, produk serupa sudah ditarik oleh pihak distributor, sebelum razia dilakukan. "Supplier dua hari yang lalu datang dan menarik produknya yang ada di toko kami," kata Store Manager Mitramart Eddy Hartono.

Sementara itu, Tim PTP2I Kalbar memusnahkan ratusan makanan kaleng buatan China, Thailand, dan Filipina, yang disita pada hari Senin lalu (22/9). Makanan-makanan yang disita itu diimpor secara ilegal dan belum tergistrasi pada BPOM RI maupun Departemen Kesehatan RI.

Sejumlah makanan kemasan yang dimusnahkan antara lain daging babi kemasan kaleng dengan mere k Greatwall, Narcissus, MaLing, Mui Ling , dan Milli. selain itu juga ada susu merek Bear Brand buatan Thailand dan susu kaleng merk D aisy buatan Filipina.

Maraknya makanan impor yang belum tergistrasi tersebut, menurut Isabella, masuk ke Kalbar secara ilegal melalui daerah yang berbatasan dengan Malaysia. Makanan-makanan itu dibawa masuk dengan memanfaatkan fasilitas belanja pas lintas batas sejumlah 600 ringgit Malaysia dan ditimbun di daerah perbatasan, atau bisa juga lewat jalur tidak resmi yang sering disebut sebagai jalan tikus.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Whats New
Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com