Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Krisis, Penerbit Kartu Kredit Perketat Seleksi Nasabah Baru

Kompas.com - 09/12/2008, 09:03 WIB

KRISIS keuangan global juga mlerembet ke bisnis kartu kredit di Indonesia. Asosiasi Kartu Kredit Indonesia (AKKI) memprediksi, para penerbit kartu kredit mulai mengurangi ekspansi nasabah baru dan memperketat penagihan. "Bank-bank penerbit kartu kredit akan menahan diri sampai tahun depan," tutur anggota Dewan Eksekutif AKKI Lani Darmawan, beberapa waktu lalu.

Mengutip Data AKKI per Juli 2008, total kartu kredit terbitan 21 perusahaan anggota AKKI mencapai 10,7 juta kartu. Adapun jumlah transaksi sepanjang tahun ini mencapai 161 juta kali, meningkat 17 persen dibandingkan dengan volume transaksi pada periode yang sama tahun lalu.

Dari transaksi sebanyak itu, nilai total tagihan kartu kredit per akhir Juli mencapai Rp 59 triliun. AKKI optimistis, nilai tagihan itu akan meningkat menjadi Rp 100 triliun sampai akhir tahun nanti, naik dibandingkan dengan nilai outstanding per akhir 2007, sebesar Rp 72,7 triliun.

Lani juga yakin angka kredit macet alias non-performing loan (NPL) kartu kredit di kalangan industri bisa bertahan di level satu digit. Tahun lalu NPL kartu kredit rata-rata industri mencapai 9 persen.

Mengutip data AKKI, rata-rata kredit macet saat ini sebesar 10 persen. Persentase itu mencakup kredit yang berstatus deliquency, yaitu tagihan yang belum dibayarkan oleh pengguna kartu kredit selama 30 hari sejak jatuh tempo.

Direktur Kartu Kredit Citibank Rico Frans menyatakan, bisnis kartu kredit Citibank masih stabil dan belum terpengaruh krisis keuangan global. NPL Citibank juga masih di bawah rata-rata industri. "Namun, kami perlu mengantisipasi kemungkinan terburuk bisnis kartu kredit," tutur Rico.

Untuk mengantisipasi kenaikan angka NPL, Citibank akan memperketat seleksi nasabah baru dan mengintensifkan penagihan. Citibank mengklaim, menguasai 33 persen dari total pangsa pasar kartu kredit di Indonesia.

Para penerbit kartu kredit juga menggiatkan edukasi nasabah untuk terhindar dari krisis. Lani, misalnya, menyarankan agar para pemegang kartu kredit mulai mengendalikan nafsu berbelanja. Mengurangi pengeluaran ini penting untuk pemegang kartu kredit yang mengalami penurunan pendapatan. Jika perlu, nasabah bisa saja meminta penerbit kartu untuk menurunkan limit kredit yang tersedia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com