Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kredit Macet Melonjak pada Triwulan I 2009

Kompas.com - 21/01/2009, 10:54 WIB

JAKARTA, RABU — Industri perbankan mengakui tumpukan kredit bermasalah bakal lebih tinggi pada tahun ini. Para bankir memprediksi, kredit yang bakal mengalami penurunan kualitas adalah kredit modal kerja dan kredit konsumsi.

Ramalan itu merupakan kesimpulan dari survei kredit Bank Indonesia yang dipublikasikan awal pekan ini. Survei itu melibatkan pengelola 41 bank sebagai responden.

Seluruh responden memperkirakan kredit macet bakal naik di kuartal pertama tahun ini. Namun, responden punya tebakan yang berbeda tentang asal kenaikan kredit macet.

Sebanyak 44 persen responden memperkirakan sumbangan kenaikan kredit macet berasal dari kredit modal kerja. Dan 56 persen responden memprediksi kenaikan kredit macet akan datang dari kredit investasi dan kredit konsumsi.

Ada catatan khusus mengenai kredit konsumsi. Para bankir yakin jenis kredit konsumsi yang bakal bermasalah adalah kartu kredit.

Hasil survei juga menyebutkan debitur yang mengambil pinjaman di atas Rp 5 miliar akan menyumbang peningkatan kredit macet. Sementara kredit di sektor mikro tak terlalu berisiko macet. Survei juga menilai kredit ke sektor jasa sangat kecil kemungkinan berubah menjadi macet.

Tergantung debitor

Wakil Direktur Utama PT BCA Tbk Jahja Setiaatmadja membenarkan hasil survei BI. Jahja menyebutkan, kredit modal kerja dan kredit konsumsi banyak menyumbang potensi kredit macet. "Memang kenaikannya tak tinggi-tinggi amat. Bahkan di BCA kenaikan kredit macet belum terasa," terang Jahja, kemarin (20/1).

Direktur Bisnis PT BRI Tbk Sudaryanto Sudargo menyampaikan penilaian yang setali tiga uang dengan Jahja. Pertambahan kredit macet di triwulan pertama akan berasal dari kredit modal kerja. Sudaryanto menilai harga bahan baku yang tinggi menjadi penyebab macetnya fasilitas kredit modal kerja. "Debitor yang kesulitan terutama mereka yang menggunakan bahan baku impor," kata Sudaryanto.

Toh, hasil survei tak selamanya bisa menjadi patokan. Para bankir juga yakin, karakteristik tiap debitor berbeda. Itulah sebabnya, para bankir lebih selektif dalam menyalurkan kredit.

Sudaryanto memberi contoh debitor BRI dari industri tekstil. Meski akhir-akhir ini banyak pihak menilai industri tekstil akan terkena imbas paling besar dari krisis global ini, nyatanya kredit tekstil BRI justru baik. "Kami berikan kredit pada perusahaan bonafit dan berpengalaman," tutur Sudaryanto.

Begitu pula dengan Bank Jasa Jakarta. Meski fokus utama bank itu melempar kredit modal kerja dan konsumsi, tetapi kedua kredit itu tak menimbulkan masalah. Wakil Direktur Utama PT Bank Jasa Jakarta Lisawati menyampaikan, itu karena pihaknya lebih selektif memilih debitor.

Kredit modal kerja hanya diberikan kepada perusahaan yang menghasilkan barang kebutuhan pokok. Lisa mencontohkan usaha makanan. Demikian juga untuk kredit konsumsi. Bank Jasa Jakarta hanya berani menyalurkan pinjaman konsumsi yang berguna untuk memenuhi kebutuhan primer, seperti kredit kepemilikan rumah (KPR). (Kontan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com