Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Posisi Perbankan Kita Masih Rentan

Kompas.com - 05/02/2009, 11:00 WIB

JAKARTA, KAMIS - Di tengah krisis finansial global yang berkecamuk, Danareksa Research Institute (DRI) merilis banking pressure index (BPI). Celakanya, nilai BPI per November 2008 mencapai 0,75. "Ini sudah melewati BPI Maret 1997 yang menandai akan datangnya krisis," ujar Purbaya Yudhi Sadewa, Kepala Ekonom DRI.

BPI adalah salah satu sistem peringatan dini atau early warning system untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya krisis perbankan di suatu negara. Menurut Purbaya, nilai BPI di atas 0,5 menunjukkan sistem perbankan sudah rentan krisis. Semakin tinggi nilainya, sistem perbankan itu semakin tertekan.

Karena itu, Purbaya memperingatkan agar BI mewaspadai kemungkinan terjadi krisis lagi. "Kalau tidak hati-hati, bisa terjadi sistemic default. Ada peluang terjadinya banyak bank yang bangkrut," imbuh Purbaya.

Menanggapi hal itu, BI tidak cemas. "Kondisi sekarang masih jauh lebih baik daripada 1997. Semua indikator, termasuk nilai tukar, pasar saham, inflasi, sektor riil, dan NPL, jauh lebih rendah," tukas Wimboh Santoso, Kepala Biro Stabilitas Sistem Keuangan Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan BI.

Purbaya juga sepakat situasi sekarang masih lebih baik kendati BPI mencapai 0,75. Apalagi, sekarang BI melakukan pendekatan yang berbeda. "Dulu BI justru menaikkan bunga sangat tinggi dan mencetak uang," kenang Purbaya. Tapi, ia menilai masih banyak pekerjaan rumah BI untuk mencegah meletusnya krisis di perbankan.

Pertama, BI mesti menaikkan kepercayaan di sistem perbankan. Kedua, nilai rupiah harus stabil. Ketiga, jangan takut menurunkan bunga lagi. Keempat, BI harus memaksa bank menurunkan bunga kredit. "Bila perlu, paksa bank BUMN untuk memelopori penurunan bunga. Sekarang saya lihat intervensi BI masih tanggung," kata dia.

Ia menambahkan, BI mestinya berani memotong BI rate menjadi 7 persen-7,5 persen. Bahkan, jika inflasi mencapai 5,5 persen, BI rate bisa turun lagi ke 6,5 persen-7 persen.

Kemarin, BI sudah menurunkan lagi BI rate menjadi 8,25 persen. Tapi, agaknya BI tak akan lebih agresif lagi. "BI memutuskan secara bertahap, sesuai kondisi setiap bulan," kata Gubernur BI Boediono. (Asih Kirana Wardani, Dyah Megasari/Kontan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tidak Ada 'Black Box', KNKT Investigasi Badan Pesawat yang Jatuh di BSD

Tidak Ada "Black Box", KNKT Investigasi Badan Pesawat yang Jatuh di BSD

Whats New
Investasi Rp 10 Miliar, Emiten Perhotelan KDTN Siap Ekspansi Bisnis Hotel Rest Area

Investasi Rp 10 Miliar, Emiten Perhotelan KDTN Siap Ekspansi Bisnis Hotel Rest Area

Whats New
Gandeng Binawan, RSUP dr Kariadi Tingkatkan Keterampilan Kerja Tenaga Kesehatan

Gandeng Binawan, RSUP dr Kariadi Tingkatkan Keterampilan Kerja Tenaga Kesehatan

Whats New
Stok Beras Pemerintah Capai 1,85 Juta Ton

Stok Beras Pemerintah Capai 1,85 Juta Ton

Whats New
Luncurkan Starlink di Indonesia, Elon Musk Sebut Ada Kemungkinan Investasi Lainnya

Luncurkan Starlink di Indonesia, Elon Musk Sebut Ada Kemungkinan Investasi Lainnya

Whats New
Lahan Kering di RI Besar, Berpotensi Jadi Hutan Tanaman Energi Penghasil Biomassa

Lahan Kering di RI Besar, Berpotensi Jadi Hutan Tanaman Energi Penghasil Biomassa

Whats New
Riset IOH dan Twimbit Soroti Potensi Pertumbuhan Ekonomi RI Lewat Teknologi AI

Riset IOH dan Twimbit Soroti Potensi Pertumbuhan Ekonomi RI Lewat Teknologi AI

Whats New
Cara Cek Penerima Bansos 2024 di DTKS Kemensos

Cara Cek Penerima Bansos 2024 di DTKS Kemensos

Whats New
IHSG Melemah 50,5 Poin, Rupiah Turun ke Level Rp 15.978

IHSG Melemah 50,5 Poin, Rupiah Turun ke Level Rp 15.978

Whats New
Dari Hulu ke Hilir, Begini Upaya HM Sampoerna Kembangkan SDM di Indonesia

Dari Hulu ke Hilir, Begini Upaya HM Sampoerna Kembangkan SDM di Indonesia

Whats New
Disebut Jadi Penyebab Kontainer Tertahan di Pelabuhan, Ini Penjelasan Kemenperin

Disebut Jadi Penyebab Kontainer Tertahan di Pelabuhan, Ini Penjelasan Kemenperin

Whats New
Perbankan Antisipasi Kenaikan Kredit Macet Imbas Pencabutan Relaksasi Restrukturisasi Covid-19

Perbankan Antisipasi Kenaikan Kredit Macet Imbas Pencabutan Relaksasi Restrukturisasi Covid-19

Whats New
KKP Tangkap Kapal Ikan Berbendera Rusia di Laut Arafura

KKP Tangkap Kapal Ikan Berbendera Rusia di Laut Arafura

Whats New
Defisit APBN Pertama Pemerintahan Prabowo-Gibran Dipatok 2,45 Persen-2,58 Persen

Defisit APBN Pertama Pemerintahan Prabowo-Gibran Dipatok 2,45 Persen-2,58 Persen

Whats New
Bos Bulog Sebut Hanya Sedikit Petani yang Manfaatkan Jemput Gabah Beras, Ini Sebabnya

Bos Bulog Sebut Hanya Sedikit Petani yang Manfaatkan Jemput Gabah Beras, Ini Sebabnya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com