Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menghirup Fulus Bisnis Rokok Arab

Kompas.com - 20/02/2009, 09:23 WIB

Anak-anak muda gemar mencari tren unik dan nyentrik. Nah, salah satu tren yang kini sedang in di kalangan anak muda Jakarta adalah mengisap rokok Arab, atau populer disebut shisha.

Tak percaya? Coba sambangi beberapa kafe di Jakarta. Di sana Anda akan menjumpai shisha. Aktivitas merokok khas Timur Tengah ini menjamur karena cara mengisapnya unik. Sekadar catatan, shisha adalah kegiatan mengisap tembakau Arab dengan perangkat yang terdiri dari pipa—biasa disebut hookah atau bong—yang tersambung dengan selang panjang. Prinsip kerjanya: tembakau dipanaskan dan menghasilkan uap yang kemudian disaring sebelum dihirup.

Selain hookah, bahan baku shisha terbuat dari tembakau. Kini ada sekitar 30 rasa tembakau, mulai dari buah-buahan, cokelat, vanila, dan masih banyak lagi. Tembakau shisha hanya mengandung maksimal 0,05 persen nikotin dan 0 persen tar.

Menilik tren ini, tak salah jika pemain bisnis pelengkapan shisha ketiban pulung. Salah satunya adalah Mochamad Taufik. Pria 28 tahun ini mengawali bisnis perlengkapan shisha karena melihat keunikan shisha dan sekaligus hobi. Dengan bermodal Rp 5 juta, ia menjajal peruntungan bisnis ini pada 2005. Ia memakai modal awal itu untuk membeli lima hookah dan perlengkapan lain ke perajin di Dubai, Uni Emirat Arab, lewat perantara sang pacar. Tak disangka, dalam tempo singkat, lima alat itu habis terjual. Taufik makin yakin bisnis ini mampu mendatangkan laba.

Rp 50 juta sebulan

Ketika terjun ke bisnis peranti shisha, Taufik sadar sudah ada beberapa pemain di bisnis ini. "Bedanya, mereka hanya jual alat. Kalau saya menjual alat, tembakau, dan aksesorinya. Kelebihan lain, saya berani kasih garansi," katanya. Pemasaran lewat dunia maya memuluskan bisnisnya. "Situs web saya satu-satunya toko online perlengkapan shisha di Indonesia," ujarnya bangga.

Ide awal menggarap bisnis shisha berawal dari status Taufik sebagai penikmat. Taufik yang memang berdarah Timur Tengah punya kegemaran mengisap shisha sejak remaja. Sebagai penggemar, ia mengaku tak sekadar menjual produk, tapi juga melakukan edukasi kepada masyarakat soal shisha. "Banyak orang salah kaprah bila melihat bentuk pengisap yang mirip bong alias alat pengisap sabu ini," katanya.

Taufik membanderol harga perlengkapan shisha impornya mulai Rp 200.000 sampai Rp 1,5 juta per unit. Harga racikan tembakau mulai Rp 30.000 sampai Rp 85.000 per 250 gram. Lain lagi harga aksesorinya. Misalnya, harga foil Rp 10.000 dan mouthip (alat kecil di ujung plastik isap yang bisa dilepas) dari Rp 30.000 sampai Rp 50.000.

Menurut Taufik, harga shisha mahal karena masih impor dari Dubai, Arab Saudi, Iran, Mesir, India, dan China. Pelanggan Taufik adalah perorangan, kafe, juga restoran. "Dalam sebulan, saya bisa menjual sekitar 75-100 hookah, di luar tembakau dan aksesori," katanya. Pernah juga, dalam sehari ia mendapat omzet Rp 15 juta.

Kini, dibantu sang istri dan mertuanya, Taufik menggulirkan roda bisnisnya dengan omzet Rp 50 juta per buIan. Dari omzet sebesar itu, sekitar 15-20 persen masuk ke koceknya sebagai laba bersih. Sampai kini ia tak membuka gerai resmi. Ia memilih mendirikan toko online. "Ini juga bagian cara menghemat ongkos produksi," katanya.(Kontan/Dessy Rosalina)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

IPB Kembangkan Padi 9G, Mentan Amran: Kami Akan Kembangkan

IPB Kembangkan Padi 9G, Mentan Amran: Kami Akan Kembangkan

Whats New
Konsorsium Hutama Karya Garap Proyek Trans Papua Senilai Rp 3,3 Triliun

Konsorsium Hutama Karya Garap Proyek Trans Papua Senilai Rp 3,3 Triliun

Whats New
Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Work Smart
Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

BrandzView
Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Whats New
Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Whats New
Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Whats New
Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Whats New
Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Whats New
Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Whats New
Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Whats New
Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com