Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masyarakat Rela Perkebunan Sawit Jadi Area Konservasi Gajah

Kompas.com - 05/05/2009, 18:57 WIB

JAMBI, KOMPAS.com — Dialog antara tim Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Jambi dan masyarakat Desa Sekutur Jaya, Kecamatan Kecamatan Sere Serumpun, Kabupaten Tebo, Jambi, menyepakati upaya penyelesaian konflik dengan gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus). Masyarakat akhirnya bersedia lahan perkebunannya dialihfungsikan menjadi area konservasi gajah.

Kepala Desa Sekutur Jaya, Syukur, mengatakan, masyarakat telah bersedia sekitar 200 hektar lahan sawit milik 105 keluarga di desa itu dijadikan areal konservasi gajah. Nantinya hanya lahan garapan sawit petani yang dipindahkan, sedangkan tempat tinggal mereka masih tetap di lokasi semula. Adapun, lokasi garapan baru direncanakan berada dalam areal perkebunan milik PT Regunas, perkebunan sawit terdekat dengan desa.

Menurut Syukur, keputusan ini diambil karena konflik antara gajah dan petani telah berlarut-larut dan meresahkan petani. "Kami kehabisan jalan untuk mengatasi masalah ini. Jadi, lebih baik kami saja yang mengalah pada gajah, demi tujuan saling melindungi. Dengan cara ini kami melindungi tanaman sawit sekaligus gajah," ujarnya, Selasa (5/5).

Camat Sere Serumpun, Kamal Anwar, mengatakan, pihaknya mendukung rencana penyelesaian konflik tersebut. Pemerintah daerah diharapkan untuk mendukungnya. "Kalau lahan garapan masyarakat dialihkan jadi tempat gajah tanpa ada lahan pengganti, kasihan masyarakatnya," ujar Kamal.

Selama ini kawasan tersebut memang merupakan jalur perlintasan gajah sumatera. Setiap tahun pada bulan yang sama, gajah melintas sambil memakan sumber daya makanan di sekitarnya, termasuk tanaman sawit yang ditanami petani sejak empat tahun terakhir. Kali ini, perlintasan gajah mengakibatkan 210 hektar tanaman sawit rusak dimakan gajah.

"Kami mengapresiasi sikap masyarakat dalam menanggapi masalah konflik antara gajah dan manusia ini. Kami akan mengkomunikasikan harapan masyarakat, untuk memperoleh lahan garapan baru di tempat lain, kepada Gubernur Jambi selaku Ketua Penanggulangan Konflik Satwa Liar di Jambi," ujar Didy Wurjanto, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Jambi.

Bagaimanapun, lanjutnya, rencana pengalihfungsian kebun sawit menjadi areal konservasi gajah baru kesepakatan antara pihaknya dan desa serta kecamatan. Selanjutnya sangat bergantung dari pemerintah daerah yang dapat memutuskan pengalokasian lahan cadangan untuk menjadi kebun garapan masyarakat.

Jika pemerintah daerah tidak dapat merealisasikannya, jalan lain yang mungkin ditempuh untuk menangani konflik manusia dan gajah tersebut adalah menggiring rombongan gajah masuk ke dalam Taman Nasional Bukit Tigapuluh yang juga berlokasi di Kabupaten Tebo.

Untuk penggiringan gajah, lanjutnya, membutuhkan biaya dan petugas dalam jumlah besar. Selain itu, pihaknya masih harus membuatkan kanal minimal selebar empat meter pada sekeliling taman nasional yang berada dalam wilayah Jambi. Opsi ini, menurut Didy, lebih sulit dilaksanakan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com