Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Era 'Matinya' Pemasaran Gaya Lama!

Kompas.com - 28/08/2009, 09:57 WIB
Sekitar Mei 2008 lalu, salah seorang praktisi pemasaran di industri telekomunikasi menghampiri saya dengan mengatakan bahwa praktek pemasaran yang dijalani di perusahaannya sekarang sudah berubah, dari era legacy ke era new wave. Dari percakapan itu, saya langsung ‘meminjam’ istilah legacy dan new wave dari beliau untuk menjelaskan kepada dunia pemasaran bahwa langkah pemasaran gaya lama (legacy) memang semakin lama, semakin mati.
 
Ketika itu saya bersama tim di MarkPlus, Inc sudah menyadari bahwa lanskap dunia pemasaran terus berubah. Apa lagi “biang kerok”-nya kalau bukan produk-produk  teknologi informasi dan komunikasi yang semakin canggih dengan aplikasi web 2.0, yang membuat dunia ini semakin horisontal dan demokratis.
 
Seiring dengan masuknya kita ke dalam awal abad-21 ini, dunia teknologi semakin memberikan interaksi, partisipasi, dan peluang untuk berkolaborasi, membawa kita para pemasar untuk melakukan praktek pemasaran yang bertumpu pada jejaring saling terhubung dan berkembang biak.
 
Sejak itu saya bersama tim di MarkPlus, Inc semakin meneliti pergeseran perubahan lanskap dunia bisnis dan implikasinya terhadap praktek dan tata cara pemasaran di dunia yang baru ini. Beberapa hasil penelitian ini telah dimuat dalam berbagai kesempatan, mulai dari penulisan 100 artikel di Kompas tahun lalu yang kemudian dijadikan buku “New Wave Marketing: The World is Still Round, the Market is Already Flat.
 
Dari kolaborasi dengan Kompas tersebut, selama setahun belakangan saya keliling ke kampus-kampus, menghadiri seminar dan konferensi pemasaran, di dalam dan luar negeri dengan membawa tema pembicaraan “New Wave Marketing” sekaligus menyebarkan virus horisontalisasi pemasaran.
 
Kolom New Wave Marketing di rubrik ini akan memuat artikel-artikel yang berisikan percakapan (conversation) saya bersama pembaca kompas.com. Selama beberapa bulan ke depan, kolom ini akan memuat tiga pokok bahasan utama yang dibagi kedalam kerangka why, what is, dan how to dalam konteks New Wave Marketing.
 
Di bagian “why new wave”, kita akan sama-sama melihat trend terbaru di lanskap bisnis termasuk di antaranya 10 faktor utama kenapa bisnis telah menjadi horizontal. Di sini pula akan dibahas kenapa bentuk model pemasaran Anda harus dirubah ke dalam praktek new wave.
 
Bagian kedua ”what is new wave”, akan membahas pergeseran strategi, taktik, dan value pemasaran. Dari sisi strategi pemasaran, terjadi pergeseran dari yang namanya Segmentation menjadi Communitization, Targeting menjadi Confirmation, dan Positioning menjadi Clarification.
 
Penerapan elemen taktik pemasaran pun berubah karena terjadi pergeseran praktek Differentiation menjadi Codification, dari bauran pemasaran 4P (product, price, place, promotion) menjadi New Wave Marketing-Mix 4C (co-creation, currency, communal activation, dan conversation) dan juga dari Selling ke Commercialization.
 
Begitupula dengan Marketing Value yang bergeser dari Brand ke Character, dari Service menjadi Care, dan dari Process menjadi Collaboration.
 
Bagian ketiga akan membahas bagian ”how to” atau bagaimana mengaplikasikan pola new wave marketing. Ada beberapa sub-bagian yang akan dibahas di sini, di antaranya pembangunan tiga pilar utama new wave marketing: pengelolaan konsumen yang berbasiskan komunitas (community-based customer management), pengelolaan produk yang berbasiskan co-creation dengan komunitas (co-creation-based product management), dan juga pengelolaan brand yang berbasiskan karakter (character-based brand management).
 
Selain tiga pilar utama dalam praktek new wave marketing, lewat tulisan di bagian ketiga (”how-to”) pada kolom ini juga akan dibahas bahwa kalau Anda ingin melakukan pola pemasaran gaya baru ini, pada akhirnya Anda harus memiliki atau mungkin menunggangi tiga platform penghubung yaitu interaksi mobile, event experiential, dan social media yang ketiganya ada di dalam dunia online dan offline.
 
Beberapa studi kasus yang akan dibahas nantinya akan mengacu pada kerangka yang telah diurai di atas. Contoh perusahaan yang dimuat adalah mereka yang berlandaskan paradigma horisontal, masuk ke jejaring komunitas, dan menunggangi platform konektor yang ada di dunia online dan offline.  Tidak sedikit dari mereka telah sadar bahwa pemasaran gaya lama semakin lama semakin tidak mumpuni, dibutuhkan pendekatan baru, New Wave Marketing, yang lebih relevan dengan perubahan lanksap seperti sekarang.
 
Bagaimana pendapat Anda?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com