Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Kekacauan Menjadi Normalitas Baru

Kompas.com - 29/08/2009, 08:51 WIB

KOMPAS.com — Bagi saya, nempel terusnya khaos ke dalam “menu” keseharian kita adalah satu karakteristik yang menggambarkan kerasnya bisnis lanskap di dunia New Wave ini.

Masih ingat tahun lalu ketika harga minyak menyentuh angka 100 dollar AS per barrel? Buat banyak orang, itu merupakan batas psikologis yang sangat mencekam, terutama untuk kalangan bisnis.

Saya masih ingat ketika itu kita baru saja masuk ke tahun baru 2008. Berselang tujuh bulan setelah itu, harga minyak sempat naik sampai 147 dollar AS per barrel pada tanggal 11 Juli 2008 gara-gara uji coba misil Iran. Tepat sebulan kemudian, minyak turun lagi sampai angka 112 dollar AS per barrel.

Licinnya minyak dengan harganya yang terus naik turun drastis ibarat roller coaster di tahun lalu membuat menteri keuangan dan gubernur bank sentral di seluruh dunia kebingungan. Kenapa? Karena mereka tidak tahu harus bagaimana.

Kini kita memasuki era yang disebut Alan Greenspan, mantan Kepala Bank Sentral Amerika, sebagai “the age of turbulence”. Coba saja lihat bagaimana GM atau Ford yang begitu perkasa dan menjadi langganan singgasana Fortune 500 kini tak berdaya minta pertolongan pemerintah agar tidak jatuh ke jurang kebangkrutan.

Surat kabar dan perusahaan-perusahaan iklan besar tiba-tiba berguguran ketika perusahaan-perusahaan mulai mengalihkan anggaran iklannya dari media massa koran dan televisi 30 detik ke media-media baru online, seperti blog, e-mail, situs-situs web, podcast, dan sebagainya. Bahkan, negara maju sekuat Islandia (Iceland) tiba-tiba saja “bangkrut” karena tak mampu menalangi kebangkrutan yang dialami bank-banknya yang serempak berguguran menyusul terjadinya krisis global tahun lalu.

Mengenai turbulensi lingkungan bisnis global ini, menarik sekali jawaban Gary Becker, salah satu ekonom kesohor Amerika Serikat pemenang Nobel, pada Oktober 2008 lalu ketika ditanya mengenai seberapa parah dan lama krisis ekonomi yang kita hadapi kini. Jawaban sang ekonom pendek saja, “Nobody knows, I certainly don’t know”. Pesannya: “Don’t trust economists who say they know”.

Karena kenyataan seperti ini, maha guru pemasaran, Philip Kotler, dalam buku terbarunya, Chaotic: The Business of Managing and Marketing in the Age of Turbulence (fortcoming, 2009, ditulis bersama John A Caslione) menyebutkan bahwa kini kita telah memasuki era “khaos” bahwa turbulensi lingkungan baru sudah menjelma menjadi kenormalan baru (turbulence is the new normality).

Sesungguhnya, Kotler bukanlah pakar pertama yang mengendus datangnya era ini. Peter Drucker di tahun 1990-an sudah memprediksikan datangnya era diskontinuitas melalui buku legendarisnya, The Age of Discontinuity.

Pendiri Intel, Andy Grove, dalam buku larisnya, Only The Paranoid Survive, menyebut datangnya era ini sebagai munculnya apa yang ia sebut “inflection point”, yaitu ketika industri berubah 180 derajat menuju keseimbangan baru.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bea Cukai Jember Sita 59 Liter Miras Ilegal Bernilai Belasan Juta Rupiah di Kecamatan Silo

Bea Cukai Jember Sita 59 Liter Miras Ilegal Bernilai Belasan Juta Rupiah di Kecamatan Silo

Whats New
IHSG Berakhir di Zona Merah, Rupiah Stabil

IHSG Berakhir di Zona Merah, Rupiah Stabil

Whats New
Laba Bersih PTBA Turun 51,2 Persen Menjadi Rp 5,2 Triliun pada 2023

Laba Bersih PTBA Turun 51,2 Persen Menjadi Rp 5,2 Triliun pada 2023

Whats New
PTBA Bakal Tebar Dividen Rp 4,6 Triliun dari Laba Bersih 2023

PTBA Bakal Tebar Dividen Rp 4,6 Triliun dari Laba Bersih 2023

Whats New
Bos BI: Kenaikan Suku Bunga Berhasil Menarik Modal Asing ke Pasar Keuangan RI

Bos BI: Kenaikan Suku Bunga Berhasil Menarik Modal Asing ke Pasar Keuangan RI

Whats New
Saat Persoalan Keuangan Indofarma Bakal Berujung Pelaporan ke Kejagung

Saat Persoalan Keuangan Indofarma Bakal Berujung Pelaporan ke Kejagung

Whats New
Luhut Perkirakan Pembangunan Bandara VVIP IKN Rampung Tahun Depan

Luhut Perkirakan Pembangunan Bandara VVIP IKN Rampung Tahun Depan

Whats New
5 Hal di CV yang Bikin Kandidat Tampak Lemah di Mata HRD, Apa Saja?

5 Hal di CV yang Bikin Kandidat Tampak Lemah di Mata HRD, Apa Saja?

Work Smart
Cegah Persaingan Usaha Tidak Sehat, KPPU Tingkatkan Kerja Sama dengan Bea Cukai

Cegah Persaingan Usaha Tidak Sehat, KPPU Tingkatkan Kerja Sama dengan Bea Cukai

Whats New
Pelepasan Lampion Waisak, InJourney Targetkan 50.000 Pengunjung di Candi Borobudur

Pelepasan Lampion Waisak, InJourney Targetkan 50.000 Pengunjung di Candi Borobudur

Whats New
Didukung Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Masih Menjanjikan

Didukung Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Masih Menjanjikan

Whats New
Bangun Smelter Nikel Berkapasitas 7,5 Ton, MMP Targetkan Selesai dalam 15 Bulan

Bangun Smelter Nikel Berkapasitas 7,5 Ton, MMP Targetkan Selesai dalam 15 Bulan

Whats New
Gelar RUPS, Antam Umumkan Direksi Baru

Gelar RUPS, Antam Umumkan Direksi Baru

Whats New
Siap-siap, Antam Bakal Tebar Dividen 100 Persen dari Laba Bersih 2023

Siap-siap, Antam Bakal Tebar Dividen 100 Persen dari Laba Bersih 2023

Whats New
Berkomitmen Sediakan Layanan Digital One-Stop Solution, Indonet Resmikan EDGE2

Berkomitmen Sediakan Layanan Digital One-Stop Solution, Indonet Resmikan EDGE2

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com