Simon Saragih
KOMPAS.com - Kritik sering membuat pemerintah menjadi berang. Kita jadi bertanya, apakah kritik itu tidak disukai karena memang tidak tepat. Atau apakah hal itu menunjukkan ”telinga tipis”? Jika Indonesia ingin memaksimalkan potensi, jelas kritik harus dianggap sebagai pendorong atau katakanlah penghardik, dan bukan untuk ditakuti. Bersama Menteri Perdagangan India Anand Sharma dan Menteri Luar Negeri Brasil Celso Amorim, Menteri Perdagangan RI Mari Pangestu tergolong sebagai kampiun pembela kepentingan negara berkembang. Sebagai Ketua G-33, kumpulan negara-negara berkembang yang mendobrak ketidakadilan perdagangan internasional, Mari Pangestu telah memiliki nama tersendiri. Apakah kemampuan perundingan di tingkat internasional memadai? Di dalam kiprah perdagangan dunia, Indonesia tergolong lumayan, dengan berada di posisi ke-31 sebagai eksportir dunia dengan nilai ekspor 138,8 miliar dollar AS pada 2008. Ini adalah data berdasarkan catatan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Namun, jika komposisi ekspor Indonesia dibedah, dengan mudah bisa disimpulkan bahwa Indonesia pada umumnya mengandalkan endowment factor. Indonesia lebih mengandalkan faktor kekayaan alam, seperti minyak dan gas. Di sektor pertanian, Indonesia lebih mengandalkan kesuburan lahan, seperti perkebunan sawit. Adakah ekspor lain yang bernilai tambah tinggi? Jelas banyak jenisnya, seperti elektronik, tekstil, komponen komputer, dan mebel. Namun, porsinya tidak banyak dan tidak terlalu menonjol. Indonesia pernah gencar mengampanyekan Indonesia Incorporated. Ini meniru Japan Incorporated yang mengharumkan nama dan produk-produk Jepang di dunia. Kombinasi antara pembinaan pengusaha skala menengah dan kecil, pendanaan perbankan, pengadaan prasarana pelabuhan, jalan raya, kawasan industri, pelatihan, riset, dan pengembangan, serta trading house membuat Jepang merajai pasar di mana-mana. Malaysia pun meniru keberhasilan ini, dan kini membuat Malaysia berada di urutan ke-20 sebagai eksportir terbesar dunia, dengan nilai ekspor 195,7 miliar dollar AS, juga pada 2008 berdasarkan data WTO. Ini sebuah prestasi Malaysia, yang sebagian murid-muridnya pernah dididik para guru asal Indonesia, terus melambung dari sisi perdagangan dunia.