Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petani Kekurangan Stok Kopi Luwak

Kompas.com - 08/10/2009, 19:52 WIB

MEDAN, KOMPAS.com - Petani kopi di Sidikalang, Sumatera Utara kekurangan stok kopi luwak. Hal ini terjadi lantaran permintaan kopi ini dari luar negeri tetap tinggi. Sementara petani sangat tergantung kepada faktor alam dan keberadaan hewan luwak atau musang (Paradoxurus hermaphroditus).

"Kami tidak ingin memenuhi seluruh permintaan luar negeri karena memang berat. Kami lebih ingin mempertaha nkan kualitas kopi luwak asal Sidikalang. Mempertahankan mutu kopi itu tidak mudah karena harus menjaga kepercayaan," kata pendiri Kelompok Tani Sukses Tani , John M Sianturi di Medan, Rabu (8/10).

John mengatakan saat ini petani Sidikalang mampu memproduksi kopi semua jenis (baik arabika maupun robusta) sebanyak 1 juta kilogram per bulan. Produksi kopi ini didominasi oleh kopi ateng atau dikenal dengan kopi sigarar utang. Sementara produk kopi luwak arabika hanya mampu 100 kilogram per bulan.

Kopi luwak, kopi yang telah dimakan oleh hewan musang di sekitar kebun milik warga yang berdekatan dengan hutan. Karena itu, tinggi rendahnya tingkat produksi kopi ini tergantung dari adanya musang yang hidup di dalam hutan. "Kami sengaja tidak ingin mengembangkan peternakan musang karena mempengaruhi rasa dan kualitas. Melestarikan kopi ini berarti ikut melestarikan alam sekitar kebun kopi petani," katanya.

Selama ini, kopi luwak dikenal karena harganya paling mahal dibanding dengan kopi jenis lain yang dihasilkan dari Sidikalang. "Kopi ini untuk pasar ekspor harganya tujuh kali lipat dibanding kopi biasa. Paling tidak harga jual kami Rp 300.000 per kilogram," katanya.

Meskipun harganya tinggi, pasar luar negeri terutama dari Hongkong, Singapura, dan China menjadi pembeli tetap. Bahkan permintaan kopi luwak cenderung meningkat. "Kali ini pasar Eropa dan Amerika mulai berminat mengkonsumsi kopi luwak. Sebagian penikmat kopi ini merasa mendapat keberuntungan dengan mengkonsumsinya," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com