Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Serbuan Baju Bekas Impor Semakin Mencemaskan

Kompas.com - 14/10/2009, 22:13 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Serbuan baju bekas impor semakin mencemaskan pertekstilan lokal karena akan semakin banyak toko yang menjual. Pemerintah daerah semestinya bisa menekan laju baju bekas impor dengan menerapkan peraturan, tetapi tidak pernah dilakukan.

Hal itu disampaikan Ketua Asosiasi Perstekstilan Indonesia (API) Yogyakarta Jadin C Jamaluddin. Mengacu pada data nasional tahun 2007, kebutuhan tekstil masyarakat adalah 1,2 juta ton. Sebanyak 861.000 ton di antaranya masih mengimpor. Kebutuhan DIY adalah satu persen dari total angka nasional.

"Dari 861.000 ton tersebut, 22 persen di antaranya (atau 189.420 ton) disuplai oleh produk-produk impor ilegal yang kebanyakan dari China. Data terbaru saya memang belum mendapat, namun saya yakin lebih banyak dari data tahun 2006," ujarnya, Rabu (14/10).

Jadin berharap pemerintah daerah segera bertindak agar peredaran baju impor bekas bisa teredam. Pengusaha tekstil lokal tidak bisa melakukan apa-apa. Dengan harga produk impor yang murah-meriah itu, barang impor tentu digemari bagi masyarakat.

"Saya mengamati, di kota, di kampung, banyak yang memakai kemeja, celana panjang, kaus, hingga jaket produk impor. Hal ini sangat mencemaskan. Di era otonomi, mestinya pemerintah daerah bisa mengeluarkan aturan dan menindak tegas toko-toko yang menjual baju bekas impor. Ini agar industri tekstil lokal hidup," kata Jadin.

Rizal, pemilik Toko Fajar Baru di Jalan Sultan Agung Yogyakarta, mengatakan, awalnya bisnis berjualan baju bekas impor memang menjanjikan. Namun, pemain baru bermunculan. Jika tahun lalu hanya ada 20 toko di Kota Yogyakarta, tahun ini sudah 25 toko.

"Persaingan tambah tajam. Jika tahun lalu dalam sehari saya masih bisa mendapat omzet Rp 500.000, maka sekarang hanya Rp 300.000. Besar kemungkinan toko sejenis akan semakin bermunculan," ujar Rizal.

Menjalankan bisnis baju bekas impor, menurut Vivi, pemilik Toko Sandang Murah, gampang-gampang susah. Ia membuka toko sudah delapan tahun. Sekarang, Toko Sandang Murah memiliki sembilan gerai di Kota Yogyakarta, empat di antaranya di daerah Ngasem.

"Namanya barang bekas, ya tergantung apa yang bisa didapat distributor. Saya enggak bisa memilih dan menentukan berapa yang kami perlukan. Jika stok datang, minimal 10 persen rusak seperti berlubang dan robek sehingga tidak bisa saya jual," paparnya.

Hari (23), mahasiswa perguruan tinggi swasta, mengaku cukup sering membeli baju bekas impor. Harganya jauh lebih murah ketimbang baju buatan lokal. "Kualitasnya juga lebih bagus. Hanya saja perlu banyak telaten memilih," katanya. Ia memiliki sekitar 10 baju dan satu jaket produk impor.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rupiah Melemah terhadap Dollar AS, Sri Mulyani: Lebih Baik dari Baht hingga Ringgit

Rupiah Melemah terhadap Dollar AS, Sri Mulyani: Lebih Baik dari Baht hingga Ringgit

Whats New
5 Minimal Saldo BRI untuk Tarik Tunai ATM Sesuai Jenis Tabungannya

5 Minimal Saldo BRI untuk Tarik Tunai ATM Sesuai Jenis Tabungannya

Spend Smart
Seleksi CPNS 2024 Dimulai Juni-Juli, Masih Ada 4 Instansi Belum Mengisi Rincian Formasi

Seleksi CPNS 2024 Dimulai Juni-Juli, Masih Ada 4 Instansi Belum Mengisi Rincian Formasi

Whats New
[POPULER MONEY] Indonesia Selangkah Lebih Dekat Gabung Klub Negara Maju | Pesan Bea Cukai ke 'Jastiper'

[POPULER MONEY] Indonesia Selangkah Lebih Dekat Gabung Klub Negara Maju | Pesan Bea Cukai ke "Jastiper"

Whats New
XL Axiata Ubah Susunan Direksi dan Komisaris

XL Axiata Ubah Susunan Direksi dan Komisaris

Whats New
Ketidakpastian Global Percepat Adopsi 'Blockchain'

Ketidakpastian Global Percepat Adopsi "Blockchain"

Whats New
XL Axiata Bakal Tebar Dividen Rp 635,55 Miliar

XL Axiata Bakal Tebar Dividen Rp 635,55 Miliar

Whats New
Instansi Pemerintah Diminta Segera Selesaikan Rincian Formasi ASN 2024

Instansi Pemerintah Diminta Segera Selesaikan Rincian Formasi ASN 2024

Whats New
Starlink Segera Beroperasi di RI, Telkom Tak Khawatir Kalah Saing

Starlink Segera Beroperasi di RI, Telkom Tak Khawatir Kalah Saing

Whats New
Pandu Sjahrir Ungkap Tantangan Industri Batu Bara, Apa Saja?

Pandu Sjahrir Ungkap Tantangan Industri Batu Bara, Apa Saja?

Whats New
Dukung Efisiensi Energi dan Keberlanjutan, Pupuk Kaltim 'Revamping' Pabrik Tertua

Dukung Efisiensi Energi dan Keberlanjutan, Pupuk Kaltim "Revamping" Pabrik Tertua

Whats New
Seleksi Sekolah Kedinasan Dimulai Mei, CASN 2024 Digelar Juni

Seleksi Sekolah Kedinasan Dimulai Mei, CASN 2024 Digelar Juni

Whats New
Indodax: Pencucian Uang dengan Aset Kripto Mudah Dilacak

Indodax: Pencucian Uang dengan Aset Kripto Mudah Dilacak

Whats New
Penjualan iPhone Anjlok Hampir di Seluruh Negara di Dunia

Penjualan iPhone Anjlok Hampir di Seluruh Negara di Dunia

Whats New
Menpan-RB Pastikan Seleksi CPNS 2024 Bebas Joki dan Titipan Pejabat, Ini Alasannya

Menpan-RB Pastikan Seleksi CPNS 2024 Bebas Joki dan Titipan Pejabat, Ini Alasannya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com