Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dollar AS Kehilangan Pesona

Kompas.com - 27/10/2009, 07:25 WIB

KOMPAS.com - Kita telah melewati earning report (laporan keuangan) perusahaan berkapitalisasi besar di bulan Oktober kemarin. Ternyata earning report ini memberikan dorongan bagi pasar saham untuk bergerak lebih tinggi lagi meskipun kenaikan pasar saham tidak setinggi pada saat earning report Q2 2009 pada bulan Juli lalu. Pendapatan perusahaan-perusahaan kebanyakan melebihi estimasi para analis sehingga mendorong sentimen pembelian aset-aset yang lebih beresiko seperti saham, komoditas dan mata uang yang high-yielder.

Sepanjang musim pelaporan Q3 ini, Dow Jones dari awal Oktober hingga pertengahan Oktober naik sebesar 7,73 persen dibandingkan dengan kenaikan Dow Jones sebesar 13,73 persen pada awal Juli 2009 hingga pertengahan Juli 2009. Dow Jones telah menyentuh level psikologis 10.000. Emas telah memecahkan rekor baru sepanjang masa hingga mencapai 1.070,4 dollar AS per troy ounce dan harga minyak mentah telah mencapai rekor tertinggi selama 2009 di 80,05 dollar AS per barrel. Sebaliknya dollar AS terus melemah mencapai level terendahnya sepanjang tahun.

Pemulihan ekonomi telah berjalan dengan sangat baik. Sebagian besar indikator ekonomi mulai membaik. Indikator yang masih menunjukkan pelemahan pun seperti tingkat pengangguran, telah tertahan laju pelemahannya. IMF, pada Bulan Oktober, melaporkan bahwa ekonomi dunia sudah mulai pulih. IMF memprediksi ekonomi dunia pada tahun 2009 akan berkontraksi 1,1 persen dan pada tahun 2010 akan bertumbuh sebesar 3,1 persen. Investor mulai menggerakkan investasinya untuk mencari yield yang lebih besar, melepaskan dollar AS untuk membeli aset-aset yang lebih menghasilkan.

Mari kita review kembali earning report Q3 yang menjadi katalisator atau penggerak pasar finansial sepanjang bulan Oktober. Antusiasme para investor menanggapi earning report ini sangat besar karena earning report ini juga dapat dijadikan salah satu petunjuk apakah ekonomi sudah mulai pulih atau belum. Memang sebagian besar earning report ini menunjukkan hasil yang melebihi estimasi para analis sehingga sentimen positif melanda pasar finansial. Investor menjadi tidak ragu lagi untuk memborong saham dan komoditas.

Tetapi yang menarik untuk diperhatikan bahwa hasil Q3 ini tidak sebagus hasil Q2 terutama pada institusi keuangan besar. Ini yang menyebabkan kenaikan Dow di Q3 ini tidak secemerlang di Q2. Namun demikian, Dow tetap menunjukkan keperkasaannya dengan menembus level psikologis 10.000 yang belum pernah tersentuh sejak November 2008. Penguatan saham Dow, mendorong sentimen penguatan pada bursa-bursa saham lain di dunia termasuk di Jepang, Hong Kong, Indonesia, Eropa dan Australia.

Selain bursa saham, komoditas pun menjadi sasaran beli investor. Komoditas logam seperti emas, perak, platinum naik ke level puncaknya tahun ini. Harga minyak mentah pun menanjak ke level mendekati 80 dollar AS per barel level yang belum pernah tersentuh sejak Oktober 2008. Karena risk appetite yang kuat, indeks dollar pun meluncur ke level terendah tahun 2009 di 75,118. Indeks dollar telah turun 15 persen sejak Maret 2009. Dan ini turut mendukung kenaikan harga komoditas.

Pelemahan dollar AS kemungkinan masih akan terbawa hingga November bila rapat FOMC pada 3-4 November mengkonfirmasi bahwa Fed belum akan menaikkan suku bunga dalam waktu dekat. Sebelumnya, banyak analis dan pelaku pasar memperkirakan the Fed belum akan menaikkan suku bunga dalam waktu dekat, paling tidak hingga pertengahan 2010. Fed berkepentingan untuk tetap mempertahankan suku bunga mendekati nol persen agar dana berbiaya murah dapat mengalir ke masyarakat untuk menggerakkan perekonomian. Selain itu, pemulihan ekonomi yang belum stabil dengan tingkat belanja konsumen yang masih rendah dan fluktuatif dan tingkat pengangguran yang masih tinggi menjadi faktor utama lainnya yang membuat suku bunga untuk sementara waktu bertahan di level mendekati nol persen.

Defisit Anggaran AS untuk tahun 2009 yang hingga akhir September sudah mencapai 1,42 triliun dollar AS terburuk sejak 1945 dibandingkan dengan tahun sebelumnya hanya mencapai 459 milyar dollar AS juga memberikan dampak negatif bagi daya tarik dollar AS. Stimulasi yang sangat besar yang dikeluarkan oleh pemerintah AS untuk merevitalisasi ekonomi menyumbang defisit anggaran yang besar ini.

Federal Reserve juga masih mempertahankan program pelonggaran moneter non konvensionalnya dengan pembelian Mortgage Back Securities (MBS) yang hingga saat ini telah mencapai 941 milyar dollar AS sejak Januari 2009 dari total plafon senilai 1,25 triliun dollar AS yang telah direncanakan sebelumnya. Pembelian MBS ini akan dipertahankan hingga akhir Maret 2010. Program ini bertujuan untuk menekan suku bunga kredit perumahan dan membangkitkan sektor perumahan dan ekonomi secara keseluruhan. Stimulasi moneter dari Fed ini dapat diterjemahkan sebagai penambahan likuiditas dollar AS di pasar yang juga akan memberi dampak pelemahan dollar AS.

Pemerintah AS juga berencana akan menambah stimulus ke perekonomian AS. Pemangkasan pajak untuk pembeli pertama rumah yang akan berakhir pada 1 Desember 2009 kemungkinan akan diperpanjang. Pemerintah AS juga mempunyai rencana pemangkasan pajak untuk perusahaan yang mempekerjakan orang baru, insentif pajak untuk sektor konstruksi, dll. Revitalisasi ekonomi AS melalui belanja pemerintah yang sangat besar membuat nilai tukar AS lebih lemah.

Isu yang juga menjadi pusat perhatian pelaku pasar adalah isu exit strategy yaitu strategi untuk menarik stimulus dari pasar. Fed pun masih mempertimbangkan exit strategy dan belum akan menarik stimulasinya. Namun bila ada pernyataan akan exit, atau akan ada rencana exit dalam waktu dekat, dollar AS berpotensi mengalami penguatan.

Berdasarkan apa yang sudah diuraikan di atas, mulai dari naiknya tingkat pendapatan korporat yang mendorong pelaku pasar memburu aset beresiko, defisit anggaran yang membengkak, suku bunga bertahan mendekati nol persen dan rencana menambah stimulus, maka seberapa besar potensi dollar AS menguat? Kecil kemungkinan.  (AT/Senior Research & Analyst)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com