Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meninjau Ulang "Brand Management"

Kompas.com - 09/11/2009, 15:16 WIB

KOMPAS.com — Pemasaran tidak lengkap jika dilakukan hanya lewat manajemen produk dan manajemen pelanggan. Anda perlu juga melengkapi diri dengan pengelolaan brand sebagai jembatan bagi keduanya. Kenapa jembatan? Karena manajemen brand yang solid akan mampu menstimulasi dan mengakselerasi bertemunya percepatan perkembangan teknologi dan percepatan perkembangan kebutuhan pelanggan. Manajemen brand akan memungkinkan produk atau teknologi menemukan potensi maksimalnya di pasar.

Prosesor Intel menemukan critical mass-nya di pasar setelah meluncurkan kampanye branding Intel Inside. Apple Mac mencapai sukses puncaknya setelah produk ini membangun identitas mereknya sebagai produk yang penuh dengan gaya, di samping tentunya community-friendly. Begitu pula dengan VW Beetle yang mencapai sukses luar biasa ketika mengajak para konsumennya untuk “Think Small.” Produk adalah barang mati. Ia akan hidup setelah diberi “nyawa.” Nyawa itu adalah brand. Proses penerimaan pasar akan semakin cepat jika produk yang Anda ciptakan hidup, memiliki identitas, memiliki karakter: ketika produk Anda memiliki brand yang kokoh.

Keputusan menetapkan brand, posisinya secara strategis dalam pengembangan produk baru. Brand memberi nyawa bagi semua produk. Namun, nama dan nyawa tidak akan membentuk ekuitas brand yang kuat jika tidak didukung komitmen dalam perilaku dan konsistensi dalam aktivasi merek dan visualisasi merek.

Di dalam era Legacy, manajemen brand difokuskan pada peningkatan ekuitas merek. Ekuitas merek adalah asset intangible yang dimiliki oleh sebuah merek karena value yang diberikannya baik kepada si produsen maupun si pelanggan. Kalau pemasar melakukan program pemasaran mulai dari promosi di koran atau TV, membenahi distribusi, atau memperbaiki layanan, maka sesungguhnya ia sedang berupaya untuk meningkatkan ekuitas mereknya. Semakin tinggi ekuitas merek ini, maka akan semakin tinggi pula value yang diberikan oleh merek tersebut, baik kepada si produsen maupun si pelanggan.

Karena ekuitas merek tergantung pada upaya membangun merek yang kita lakukan, maka nilai ekuitas merek itu pun naik turun dari waktu ke waktu, tergantung dari upaya yang kita lakukan.

Dengan menggunakan metode statistik tertentu, ekuitas sebuah merek bisa diukur nilainya. Melalui pendekatan statistik ini, beberapa unsur ekuitas merek bisa diukur, seperti brand value, brand strength, top of mind, brand awareness, perceived quality, brand association, brand preference, hingga brand loyalty.

Itu tentunya di era Legacy. Era ketika pembangunan merek adalah segalanya. Era ketika ekuitas merek adalah segalanya. Era ketika pembangunan merek untuk meningkatkan ekuitas merek dilakukan secara vertikal.

Di era New Wave, brand memang masih penting. Namun, jangan lupa, brand bisa naik turun dengan cepat. Orang bisa terkenal dalam sehari di internet dan nyaris tidak kedengaran lagi di hari kedua.

Seperti yang kami telah bahas sebelumnya, di era New Wave ini, yang lebih penting adalah karakter, bukan lagi brand-nya. Karakter ini adalah isi sesungguhnya (the true self) dari Anda, sedangkan brand adalah the cover atau bungkus. Maka dari itu, manajemen brand di era New Wave ini tentunya sudah tidak lagi bertumpu hanya pada penguatan ekuitas merek semata karena yang terpenting adalah cara membangun sebuah karakter yang dilakukan secara horizontal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Whats New
Heran Jasa Tukar Uang Pinggir Jalan Mulai Menjamur, BI Malang: Kurang Paham Mereka Dapat Uang Dari Mana...

Heran Jasa Tukar Uang Pinggir Jalan Mulai Menjamur, BI Malang: Kurang Paham Mereka Dapat Uang Dari Mana...

Whats New
Dongkrak Performa, KAI Logistik Hadirkan Layanan 'Open Side Container'

Dongkrak Performa, KAI Logistik Hadirkan Layanan "Open Side Container"

Whats New
Sumbangan Sektor Manufaktur ke PDB 2023 Besar, Indonesia Disebut Tidak Alami Deindustrialisasi

Sumbangan Sektor Manufaktur ke PDB 2023 Besar, Indonesia Disebut Tidak Alami Deindustrialisasi

Whats New
Harga Bahan Pokok Jumat 29 Maret 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Harga Bahan Pokok Jumat 29 Maret 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Whats New
Modal Asing Kembali Cabut dari RI, Pekan Ini Nilainya Rp 1,36 Triliun

Modal Asing Kembali Cabut dari RI, Pekan Ini Nilainya Rp 1,36 Triliun

Whats New
Kerap Kecelakaan di Perlintasan Sebidang, 5 Lokomotif KA Ringsek Sepanjang 2023

Kerap Kecelakaan di Perlintasan Sebidang, 5 Lokomotif KA Ringsek Sepanjang 2023

Whats New
Kemenag Pastikan Guru PAI Dapat THR, Ini Infonya

Kemenag Pastikan Guru PAI Dapat THR, Ini Infonya

Whats New
Harga Emas Antam Meroket Rp 27.000 Per Gram Jelang Libur Paskah

Harga Emas Antam Meroket Rp 27.000 Per Gram Jelang Libur Paskah

Whats New
Kapan Seleksi CPNS 2024 Dibuka?

Kapan Seleksi CPNS 2024 Dibuka?

Whats New
Info Pangan 29 Maret 2024, Harga Beras dan Daging Ayam Turun

Info Pangan 29 Maret 2024, Harga Beras dan Daging Ayam Turun

Whats New
Antisipasi Mudik Lebaran 2024, Kemenhub Minta KA Feeder Whoosh Ditambah

Antisipasi Mudik Lebaran 2024, Kemenhub Minta KA Feeder Whoosh Ditambah

Whats New
Jokowi Tegaskan Freeport Sudah Milik RI, Bukan Amerika Serikat

Jokowi Tegaskan Freeport Sudah Milik RI, Bukan Amerika Serikat

Whats New
Astra Infra Group Bakal Diskon Tarif Tol Saat Lebaran 2024, Ini Bocoran Rutenya

Astra Infra Group Bakal Diskon Tarif Tol Saat Lebaran 2024, Ini Bocoran Rutenya

Whats New
Dampak Korupsi BUMN PT Timah: Alam Rusak, Negara Rugi Ratusan Triliun

Dampak Korupsi BUMN PT Timah: Alam Rusak, Negara Rugi Ratusan Triliun

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com