KOMPAS.com- Siapa di Tanah Air ini yang tak kenal dengan minuman cendol? Mulai dari ujung barat hingga timur Pulau Jawa, minuman ini menjadi ciri khas dengan cita rasanya masing-masing.
Sebut saja cendol alias dawet Banjarnegara, Ponorogo, hingga cendol Bandung. Tak ayal, minuman ini pun dikemas lebih eksklusif dan dibungkus menjadi sebuah bisnis yang menjanjikan. Tak lagi hanya dijual oleh pedagang keliling...
Penasaran? Inilah beberapa franchisor cendol yang menjadi idola di arena Franchise License Expo Indonesia, yang berlangsung di Jakarta Convention Centre, Jakarta, 13-15 November 2009.
Cendol Desa
Namanya boleh saja "Cendol Desa". Kemasan gerobaknya, sudah "Ngota ". Dengan warna dominan merah, usah franchise atau waralaba yang dirintis Tatang Kusdiana ini lumayan ramai disinggahi pengunjung. Untuk menjadi franchisee alias mitra, cukup menyediakan modal Rp 3,9 juta hingga Rp5,9 juta.
Tatang mengisahkan, bisnis ini sudah dirintisnya selama tiga tahun terakhir. Mengapa cendol? "Awalnya, saya berpikir bahwa tuntutan hidup semakin berat. Daripada hanya mengeluh, mending berpikir bagaimana merintis bisnis yang bisa menghasilkan sekalian memanfaatkan waktu yang masih ada, di samping waktu bekerja," kata Tatang, saat dijumpai Kompas.com di sela pameran, Sabtu ( 14/11 ), di JCC, Jakarta.
Alasan memilih cendol, sederhana saja. Bagi Tatang yang berasal dari Jawa Barat, minuman tradisional ini dipandangnya sebagai minuman yang sudah "mendarah daging" bagi masyarakat Indonesia. Maka, ia berpikir, mengembangkan bisnisnya pun tak akan terlampau susah.
"Potensi bisnis cendol, aman-aman saja ya. Orang sepertinya enggak pernah bosen minum cendol. Selain itu, untuk modal juga enggak terlalu mahal, jadi bisa mengajak banyak orang untuk berbisnis," kata Tatang, yang masih berprofesi sebagai pegawai BUMN ini.
Belajar mengolah cendol dari para pedagang jalanan, Tatang kemudian browsing hingga ke dunia maya demi menghasilkan cendol yang bercita rasa luar biasa. Kebetulan, istrinya juga bisa membuat cendol. "Sekarang, kata orang-orang, cendol saya khas Jawa Barat," ujarnya.
Pembagian royalti, Tatang tak mewajibkan mitranya untuk berbagi keuntungan per bulan. Para mitra hanya diwajibkan untuk mengambil produk dari franchisor untuk keseragaman rasa. "Keuntungan laba seluruhnya milik mitra," jelas Tatang.