Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Transportasi Perkotaan dan Sepeda Motor Menjadi Perhatian

Kompas.com - 16/11/2009, 19:40 WIB

SURABAYA, KOMPAS.com — Indonesia mengusulkan pembahasan khusus dua masalah transportasi, yaitu transportasi perkotaan dan moda transportasi sepeda motor dalam Konferensi The Eastern Asia Society for Transportation Studies atau EASTS ke-8, Senin (16/11) hingga Kamis (19/11) di Surabaya, Jawa Timur. Dua hal tersebut adalah permasalahan transportasi mendasar di Indonesia.

"Masalah transportasi perkotaan dan meledaknya jumlah sepeda motor terjadi di sekitar 60 persen kota-kota besar di Indonesia sehingga mendesak untuk ditangani," kata Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia sekaligus Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono, Senin (16/11) di Hotel Shangri-la, Surabaya.

Menurut Bambang, kurangnya sarana angkutan umum yang layak menjadikan masyarakat banyak memilih moda transportasi sepeda motor. Padahal, berdasarkan survei, sekitar 70 persen kecelakaan di darat selalu melibatkan sepeda motor.

"Sampai saat ini, riset kita tentang sepeda motor kurang karena sarana angkutan umum kurang. Banyak orang memilih sepeda motor yang memiliki tingkat aksesibilitas lebih cepat," papar Bambang.

Menurut pakar transportasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Hitapriya Suprayitno, setiap tahun jumlah kepemilikan sepeda motor terus meningkat. Padahal, lebar jalan raya tak pernah bertambah.

Menyikapi hal ini, Hitapriya mengatakan bahwa sarana angkutan umum massal harus disediakan. Kalaupun pembangunan kereta bawah tanah membutuhkan biaya tinggi, maka penyediaan sarana angkutan umum massal kereta dapat memanfaatkan jaringan rel yang ada.

"Di beberapa kota sudah mulai dikembangkan kereta api komuter. Namun sayang, angkutan ini tak dipadu dengan moda transportasi lainnya, misalnya bus," tambahnya.

Jangan berkiblat ke Barat

Sementara itu, Komite Pengetahuan Internasional EASTS dari Universitas Tokyo, Hitoshi Ieda, mengatakan bahwa negara-negara di Asia kadang masih berorientasi pada penataan transportasi di Amerika dan Eropa. Padahal, banyak negara-negara di Asia yang bisa dijadikan pembelajaran masalah transportasi yang lebih aplikatif.

"Percontohan transportasi terbaik bisa dilihat di Jepang. Harmonisasi pejalan kaki dengan transportasi terjadi di Vietnam. Karena itu, dalam Konferensi EASTS Ke-8, negara-negara di Asia Timur sebenarnya dapat saling belajar," ucapnya.

Menteri Perhubungan Freddy Numberi menambahkan, rencananya, pembahasan dan tukar pengalaman permasalahan transportasi dalam Konferensi EASTS Ke-8 akan menjadi salah satu bahan cetak biru pengembangan transportasi nasional dalam periode kabinet Indonesia Bersatu jilid II. Beberapa hal yang akan ditata ulang dalam pengembangan sarana transportasi Indonesia adalah penyediaan sarana angkutan umum massal, seperti bus dan kereta api.

Konferensi EASTS ke-8 di Surabaya diikuti 30 negara di kawasan Asia timur, seperti China, Thailand, Korea, Malaysia, dan Jepang. Sebanyak 502 makalah transportasi dari para pakar dan akademisi ditampilkan di dalamnya. Acara ini dibuka resmi oleh Wakil Presiden Boediono dengan didampingi Menteri Perhubungan Freddy Numberi dan Menteri Pendidikan Mohammad Nuh, Senin (16/11) siang. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Whats New
Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Whats New
Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Whats New
Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Spend Smart
Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Whats New
Heran Jasa Tukar Uang Pinggir Jalan Mulai Menjamur, BI Malang: Kurang Paham Mereka Dapat Uang Dari Mana...

Heran Jasa Tukar Uang Pinggir Jalan Mulai Menjamur, BI Malang: Kurang Paham Mereka Dapat Uang Dari Mana...

Whats New
Dongkrak Performa, KAI Logistik Hadirkan Layanan 'Open Side Container'

Dongkrak Performa, KAI Logistik Hadirkan Layanan "Open Side Container"

Whats New
Sumbangan Sektor Manufaktur ke PDB 2023 Besar, Indonesia Disebut Tidak Alami Deindustrialisasi

Sumbangan Sektor Manufaktur ke PDB 2023 Besar, Indonesia Disebut Tidak Alami Deindustrialisasi

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com