Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Google Inc Lawan China Inc

Kompas.com - 27/01/2010, 07:45 WIB

Oleh RENE L PATTIRADJAWANE

KOMPAS.com — Ada dua pokok persoalan penting yang menandai perkembangan dan pertumbuhan globalisasi yang memberi kemajuan ekonomi di kawasan Asia Timur. Pertama, menyangkut pertikaian Google Inc yang berhadapan dengan Pemerintah China. Keduanya berseteru soal penyaringan dan penyadapan terhadap perusahaan AS tersebut.

Kedua, pertumbuhan ekonomi RRC tahun 2009 mencapai 8,7 persen. Ekspansi ekonomi China menempatkan negara berpenduduk terbesar di dunia itu berpotensi menggeser posisi Jepang sebagai kekuatan ekonomi kedua di dunia setelah AS.

Dari dua persoalan ini, ada dua faktor yang saling bersinggungan satu sama lain, yakni globalisasi dan kedaulatan yang selama ini mengejawantahkan transformasi sistem internasional. Banyak pengamat yang memperkirakan globalisasi dan kedaulatan menghadapi era baru. Kedaulatan akan diperlemah, termarjinalisasi, bahkan mengalami transmutasi akibat globalisasi.

Dari kedua faktor ini kita harus mengerti bahwa para penguasa di Beijing tidak berkeinginan mengontrol jaringan internet, tetapi memberi garis jelas antara penyampaian pendapat dan ancaman terhadap kekuasaan komunis China.

Saat bersamaan ada faktor lain yang harus dipahami. Para penguasa di Beijing melihat jejaring internet harus cukup bebas. Ini antara lain mendorong tumbuhnya baidu.com dan alibaba.com sebagai portal pencari dan pemasaran terbesar di China. Portal itu bertujuan mendukung dan mempertahankan pertumbuhan ekonomi sekaligus mendukung monopoli kekuasaan komunis.

Perseteruan atau bisnis

Google Inc didukung Menlu AS Hillary Clinton yang menuduh para penguasa di Beijing melakukan infiltrasi terhadap Google. China membantah tuduhan itu. Namun, Google harus mengerti bahwa kekuatan ekonomi China yang dahsyat didukung sumber daya manusia yang memiliki keahlian istimewa, mampu mengoperasikan sistem yang ekstensif, canggih secara teknologi, dengan jangkauan tak terbatas dalam melakukan penyaringan internet di daratan China.

Sebagaimana disebutkan di atas, ada faktor lain yang harus dipahami dalam meneropong persoalan jejaring internet, yakni kedaulatan dan globalisasi. Faktor ini dipahami secara jelas dan tegas oleh berbagai perusahaan AS. China mampu menggeser sentra teknologi komunikasi informasi dan juga memiliki posisi sebagai tiang utama inovasi dunia.

Perubahan lanskap dan pertikaian global ini jelas akan menempatkan Google Inc menghitung ulang posisinya dalam berhadapan dengan Beijing. Sebab, dalam evolusinya globalisasi menghadirkan fenomena baru, selain menyangkut persaingan antarnegara, juga terkandung faktor kedaulatan, nilai-nilai universal, juga terdapat faktor persaingan antarperusahaan dari sebuah negara. Misalnya, Google Inc harus bersaing dengan Yahoo! dan Microsoft dalam merebut pasar China.

China menyadari jejaring internet menjadi bagian penting dan tidak terpisahkan untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi. Google Inc pun menyadari China memiliki potensi pasar yang menggiurkan untuk periklanan sehingga motonya, ”Not Doing Evil”, harus mampu menjustifikasi perseteruannya dengan Beijing dan keuntungan bisnis yang dikandungnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengusaha Ritel: Pembatasan Pembelian Gula Bukan karena Stok Kosong

Pengusaha Ritel: Pembatasan Pembelian Gula Bukan karena Stok Kosong

Whats New
Luhut Minta Penyelesaian Lahan di IKN Tak Rugikan Masyarakat

Luhut Minta Penyelesaian Lahan di IKN Tak Rugikan Masyarakat

Whats New
Prudential Indonesia Rilis Produk Asuransi Kesehatan PRUWell, Simak Manfaatnya

Prudential Indonesia Rilis Produk Asuransi Kesehatan PRUWell, Simak Manfaatnya

Whats New
Kunjungi IKN, Luhut Optimistis Pembangunan Capai 80 Persen pada Agustus 2024

Kunjungi IKN, Luhut Optimistis Pembangunan Capai 80 Persen pada Agustus 2024

Whats New
Wamendes PDTT: Urgensi Transmigrasi dan Dukungan Anggaran Perlu Ditingkatkan

Wamendes PDTT: Urgensi Transmigrasi dan Dukungan Anggaran Perlu Ditingkatkan

Whats New
IDSurvey Tunjuk Suko Basuki sebagai Komisaris Independen

IDSurvey Tunjuk Suko Basuki sebagai Komisaris Independen

Whats New
Tingginya Inflasi Medis Tidak Hanya Terjadi di Indonesia

Tingginya Inflasi Medis Tidak Hanya Terjadi di Indonesia

Whats New
Tutup Pabrik, Bata Akui Kesulitan Hadapi Perubahan Perilaku Belanja Konsumen

Tutup Pabrik, Bata Akui Kesulitan Hadapi Perubahan Perilaku Belanja Konsumen

Whats New
Kecelakaan KA Pandalungan dan Mobil Sebabkan Perjalanan KA Terlambat, Penumpang Dapat Kompensasi

Kecelakaan KA Pandalungan dan Mobil Sebabkan Perjalanan KA Terlambat, Penumpang Dapat Kompensasi

Whats New
Hari Apresiasi Seller Tokopedia, GNET Raih Posisi Pertama di Kategori Pertukangan

Hari Apresiasi Seller Tokopedia, GNET Raih Posisi Pertama di Kategori Pertukangan

Rilis
Waskita Karya Bakal Jadi Anak Usaha Hutama Karya pada September 2024

Waskita Karya Bakal Jadi Anak Usaha Hutama Karya pada September 2024

Whats New
Menko Airlangga: Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal I-2024 Tertinggi sejak 2015

Menko Airlangga: Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal I-2024 Tertinggi sejak 2015

Whats New
IHSG dan Rupiah Ditutup Melemah

IHSG dan Rupiah Ditutup Melemah

Whats New
Mobil Tertabrak KA Pandalungan, KAI Sampaikan Belasungkawa

Mobil Tertabrak KA Pandalungan, KAI Sampaikan Belasungkawa

Whats New
Pabrik Tutup, Bata Janji Beri Hak-hak Karyawan Sesuai Aturan

Pabrik Tutup, Bata Janji Beri Hak-hak Karyawan Sesuai Aturan

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com