Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertanian Pangan di Era ACFTA

Kompas.com - 03/02/2010, 03:55 WIB

Oleh Didiek Hadjar Goenadi

Sebagai bangsa yang menyebut dirinya bangsa agraris, kinerja sektor pertanian jadi dipertanyakan dengan derasnya arus impor produk pertanian beberapa tahun terakhir. Berbagai kendala yang tak kunjung terpecahkan menjadi penyebabnya. Masih pantaskah kita disebut bangsa agraris?

Penyelenggaraan Seminar dan Pameran Pasok Dunia (Feeds the World) oleh Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia baru saja usai. Pesan penting yang mengemuka adalah pentingnya persatuan dan kesatuan dalam membangun ketahanan dan kemandirian pangan, iklim investasi yang kondusif, dan teknologi yang diciptakan melalui kegiatan penelitian dan pengembangan.

Peta Jalan Pembangunan Sektor Pangan yang disusun Kadin menyisakan banyak pertanyaan, khususnya menyangkut kondisi non-teknis dalam mencapai ketahanan pangan nasional berkelanjutan. Di antaranya, masalah lahan dan pembiayaan yang banyak menghambat investasi di subsektor pangan. Mendorong pertumbuhan hulu dari 15 komoditas unggulan pangan tanpa mengondisikan pasar tentu hanya akan menghasilkan kerugian dan kekecewaan produsen.

Nilai agribisnis pangan di Indonesia hampir 30 persen dari produk domestik bruto (PDB), sekitar Rp 1.500 triliun. Sebagian besar didominasi bisnis pangan segar, mencapai dua pertiga dari total bisnis pangan (sekitar Rp 1.000 triliun). Penyerapan kesempatan kerja juga dominan. Sektor pertanian menyerap sekitar 44 persen dari total kesempatan kerja nasional dan lebih dari 90 persen ada di berbagai sektor terkait bisnis pangan. Di manufaktur, kontribusi tenaga kerja di industri makanan dan minuman lebih dari 20 persen.

Secara umum, konsumsi untuk pangan masih mendominasi pengeluaran rumah tangga, rata-rata sekitar 47 persen pada 2007. Hal ini membuat kemandirian pangan menjadi isu strategis. Ketergantungan terhadap impor, terutama buah-buahan dan sayur-sayuran segar (FFV) masih mengkhawatirkan dan diperkirakan mencapai 5 persen dari PDB. Situasi global juga belum sepenuhnya pulih.

Menurut FAO, masalah ketahanan pangan masih akan berlanjut. Saat ini gap antara kebutuhan investasi di subsektor pangan masih sangat besar (83 miliar dollar AS), sedangkan kebutuhan sekitar 209 miliar dollar AS dan perkembangan produksi pangan, terutama di negara berkembang, cenderung menurun.

Komposisi jenis produk pertanian didominasi bahan tanaman pangan. Data tahun 2007 menunjukkan bahan tanaman pangan mencapai 52,5 persen, sedangkan subsektor lain hanya 17,2 persen untuk perikanan, 13,5 persen peternakan, dan 16,8 persen perkebunan. Perkembangan investasi agribisnis 1990-2008 untuk penanaman modal asing (PMA) menunjukkan tren naik. Walau terjadi dinamika periodik, secara konsisten tren meningkat dari 25 juta dollar AS (1990) ke 400 juta dollar AS lebih (2006).

Dengan pola dinamika yang agak berbeda, tren investasi agribisnis bidang pangan oleh perusahaan penanaman modal dalam negeri (PMDN) juga meningkat dari Rp 222 juta (1990) menjadi Rp 3,7 triliun (2006). Penurunan investasi PMA dan PMDN dimulai sejak 2007 dan menjadi lebih parah pada 2008 akibat krisis keuangan di negara-negara maju tujuan ekspor.

Persoalan lahan

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ombudsman Minta Seleksi CASN Diundur Setelah Pilkada, MenPAN-RB: Tidak Mungkin Ditunda

Ombudsman Minta Seleksi CASN Diundur Setelah Pilkada, MenPAN-RB: Tidak Mungkin Ditunda

Whats New
IHSG Ditutup Naik 0,24 Persen, Rupiah Lanjutkan Penguatan

IHSG Ditutup Naik 0,24 Persen, Rupiah Lanjutkan Penguatan

Whats New
Temui Pemda Klungkung, Kemenkop UKM Pastikan Tak Ada Pembatasan Jam Operasional Warung Kelontong

Temui Pemda Klungkung, Kemenkop UKM Pastikan Tak Ada Pembatasan Jam Operasional Warung Kelontong

Whats New
Dongkrak Transaksi Nontunai, Bank DKI Gandeng Komunitas Mini 4WD

Dongkrak Transaksi Nontunai, Bank DKI Gandeng Komunitas Mini 4WD

Whats New
Apakah Gopay Bisa Tarik Tunai?

Apakah Gopay Bisa Tarik Tunai?

Earn Smart
Limit Tarik Tunai BRI Simpedes dan BritAma di ATM

Limit Tarik Tunai BRI Simpedes dan BritAma di ATM

Earn Smart
Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BNI via HP Antiribet

Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BNI via HP Antiribet

Earn Smart
Apakah DANA Bisa Tarik Tunai? Bisa Pakai 5 Cara Ini

Apakah DANA Bisa Tarik Tunai? Bisa Pakai 5 Cara Ini

Whats New
OJK Terbitkan Aturan 'Short Selling', Simak 8 Pokok Pengaturannya

OJK Terbitkan Aturan "Short Selling", Simak 8 Pokok Pengaturannya

Whats New
2 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu Mandiri di ATM Pakai HP

2 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu Mandiri di ATM Pakai HP

Earn Smart
3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BCA Modal HP

3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BCA Modal HP

Spend Smart
Ketidakpastian Global Meningkat, Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tetap di Atas 5 Persen

Ketidakpastian Global Meningkat, Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tetap di Atas 5 Persen

Whats New
Pada Pertemuan Bilateral di Kementan, Indonesia dan Ukraina Sepakati Kerja Sama Bidang Pertanian

Pada Pertemuan Bilateral di Kementan, Indonesia dan Ukraina Sepakati Kerja Sama Bidang Pertanian

Whats New
Semakin Mudah dan Praktis, Bayar PKB dan Iuran Wajib Kini Bisa lewat Bank Mandiri

Semakin Mudah dan Praktis, Bayar PKB dan Iuran Wajib Kini Bisa lewat Bank Mandiri

Whats New
Ketidakpastian Global Meningkat, Sri Mulyani: Sistem Keuangan RI Masih dalam Kondisi Terjaga

Ketidakpastian Global Meningkat, Sri Mulyani: Sistem Keuangan RI Masih dalam Kondisi Terjaga

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com