Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Globalisasi yang Telah Di-China-kan

Kompas.com - 04/02/2010, 02:54 WIB

Oleh I Wibowo

Sejauh mana China telah terglobalisasi? Jawabannya tentu mengacu pada angka-angka statistik ekspor dan impor China yang telah menguasai pasar dunia. Misalnya, China saat ini telah mengalahkan Jepang menjadi trading partner nomor dua dunia. Tidak ada tempat di dunia saat ini yang tidak dikunjungi oleh produk-produk China yang terkenal murah harganya.

China memang telah berhasil ”memanfaatkan” globalisasi demi keuntungannya dan tidak menjadi korban globalisasi seperti yang terjadi di banyak negara sedang berkembang. China memanfaatkan dengan baik keanggotaannya dalam Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) untuk menembus pasar-pasar di berbagai pelosok dunia.

Di samping perdagangan, China sebenarnya ”terglobalisasi” dalam arti yang lebih mendalam. Manusia-manusia China saat ini, ibaratnya, tersedot dalam arus globalisasi secara masif. Ada sekitar 600.000 hingga satu juta mahasiswa China pada saat ini yang belajar di mancanegara di seluruh dunia.

Paling banyak berada di Amerika Serikat, yaitu sekitar 450.000 orang. Mereka yang sudah lulus, sebagian besar, 80 persen, tidak kembali ke tanah air. Mereka bekerja di perusahaan-perusahaan di AS, Kanada, Eropa, dan lainnya. Banyak di antara mereka yang hanya memegang greencard atau permanent residence, tetapi banyak juga yang sudah menjadi warga negara setempat.

Setelah China diterima menjadi anggota WTO (2001), dikeluarkan kebijakan ”zou chu qu” (pergi keluar) yang mendorong semakin banyak investasi China ke banyak negara di seluruh dunia. Hal ini, pada gilirannya, mendorong semakin banyak warga negara China berada di luar negeri. Di seluruh Afrika saat ini, misalnya, dapat ditemukan 800.000 orang China yang giat dalam pembangunan jembatan, kereta api, rumah sakit, atau mereka yang bekerja sebagai tenaga administratif.

Diduga di seluruh dunia terdapat 30 juta dari overseas Chinese yang juga tersebar secara global. (Istilah overseas Chinese atau huaqiao harus dimaknai secara sempit, yaitu yang masih memegang kewarganegaraan China, walaupun sering dimaknai mencakup huaren, orang China yang sudah tidak menjadi warga negara China.)

Mereka tidak hanya terdapat dalam pecinan-pecinan (chinatown), tetapi tersebar di berbagai wilayah kegiatan perekonomian. Di Amerika Serikat, misalnya, banyak dari mereka terdapat di Silicon Valley, terjun dalam bidang TI. Tidak sedikit pula yang masuk ke perguruan-perguruan tinggi serta menjadi dosen dan guru besar di tempatnya.

Seiring dengan naiknya gelombang investor dari China, terutama ke negara-negara Barat, banyak pengusaha China yang menghuni gedung-gedung pencakar langit tempat kantor bisnis mereka berada.

Orang-orang China yang baru datang dari Daratan China dengan sendirinya berbaur dengan orang-orang China yang sudah lebih lama tinggal di negara-negara itu. Orang China yang sudah lama di luar negeri seperti mendapat suntikan ”darah baru” dari mereka yang baru datang dari Daratan China.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pencabutan Status 17 Bandara Internasional Tak Berdampak ke Industri Penerbangan

Pencabutan Status 17 Bandara Internasional Tak Berdampak ke Industri Penerbangan

Whats New
Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Whats New
Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Whats New
Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Whats New
Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

Whats New
Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Whats New
Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Whats New
IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

Whats New
Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Whats New
BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

Whats New
Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Whats New
Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Whats New
Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com