Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

SMI "Dikorbankan", Rupiah Melemah?

Kompas.com - 02/03/2010, 13:48 WIB

KOMPAS.com  - Pertemuan Kebijakan Moneter minggu ini dari Indonesia akan menjadi fokus utama para pelaku pasar.

Meski Bank Indonesia kemungkinan besar belum menaikkan suku bunganya pada pertemuan nanti, namun data inflasi yang baru dirilis mulai mendekati level 4 persen, yang mana level tersebut merupakan level dimana Bank Indonesia perlu meyakinkan para pelaku pasar bahwa inflasi menjadi prioritas utama.

Maka, kita dapat saja melihat perubahan bahasa eksplisit dari Bank Indonesia jika inflasi kembali meroket, yang berarti akan memicu apresiasi Rupiah di jangka pendek.

Resiko pelemahan masih muncul dari situasi politik dimana Sri Mulyani masih mungkin diturunkan dari jabatan Menteri Keuangan dalam sebulan atau dua bulan kedepan, berutang pada kasus skandal Bank Century.

Jika skenarionya Sri Mulyani jadi diturunkan, calon terkuat penggantinya adalah Anggito Abimanyu, saat ini merupakan Kepala Badan Kebijakan Fiskal yang masih dibawah naungan Kementrian Keuangan.

Meskipun calon pengganti Sri Mulyani sudah termasuk berpengalaman baik secara akademis dan kemungkinan tidak ada perubahan signifikan dalam kebijakan fiskal jangka panjang jika beliau yang menjabat, tapi tetap saja Sri Mulyani sudah diuntungkan dengan memiliki “high profile” di kalangan para investor, sementara Abimanyu belum dikenal sama sekali oleh investor asing, akibatnya pengunduran diri Sri Mulyani masih akan berimbas negative pada sentiment para investor.

Faktor eksternal secara garis besar sebenarnya masih pada trend penguatan dollar, akibat meningginya spekulasi kenaikan suku bunga The Fed sejalan dengan membaiknya data-data ekonomi AS. Selain data ekonomi yang membaik tentunya faktor pengalihan resiko akibat default obligasi Negara Eropa seperti Yunani, Spanyol, Portugal, Irlandia tentunya dapat memicu penguatan dollar. Pola penguatan dollar ini sudah tampak minggu lalu ketika terjadi penurunan peringkat hutang Yunani, meskipun disaat bersamaan data ekonomi Durable Goods AS tidak terlalu bagus.

Sentimen terhadap rupiah juga bakal didukung oleh arus modal asing (capital inflow) terkait pembelian obligasi dalam negeri. Sejauh ini rupiah telah meraih posisi sebagai mata uang dengan performa terbaik di pasar emerging Asia, dengan penguatan hampir 1,6 persen tahun ini.

Analisa teknikal pada grafik USD/IDR H4, dapat kita lihat rupiah telah menembus channel bearish-nya dan ini merupakan indikasi penguatan rupiah lebih lanjut setidaknya ke area 9.200 – 9.150, bagaimanapun harga perlu menembus level 9.250 secara konsisten untuk melanjutkan momentum bullish.

Resisten terdekat ada di 9.350, pelemahan diatas area tersebut ada potensi target ke area 9.450 - 9.560. Namun untuk mengirimkan rupiah ke level tersebut perlu ada pemicu respon negative pasar dari hasil sidang paripurna Century nanti.

Rupiah masih didominasi oleh pola perdagangan jangka pendek hingga saat ini , sehingga strategi yang terbaik adalah beli di area support atau jual di area resisten, dengan stop loss ketat. (Albertus CK/Senior riset dan analis Monex)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Whats New
Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Whats New
Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com