Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Industri Sepatu Masih Ragukan Pemerintah

Kompas.com - 05/05/2010, 14:07 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Program peremajaan atau restrukturisasi mesin industri alas kaki belum menggembirakan. Keraguan pelaku industri terhadap komitmen pemerintah hendaknya tidak terus berlanjut karena selain kegiatan produksi, aspek pemasaran akan terus ditingkatkan.

Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin Tekstil, dan Aneka (ILMTA) Kementerian Perindustrian Ansari Bukhari mengungkapkan hal itu dalam persiapan Pameran Gelar Sepatu, Kulit, dan Produk Kulit Indonesia 2010 di Jakarta, Rabu (5/5/2010) di sela-sela seminar teknologi persepatuan Italia.

Pameran kedua kalinya itu akan berlangsung di Jakarta Convention Center, 6-9 Mei 2010.

Ansari menjelaskan, tahun 2009, setelah melihat kebutuhan restrukturisasi mesin tekstil, pemerintah mulai mengalokasikan restrukturisasi mesin industri alas kaki sebesar Rp 50 miliar. Namun, realisasinya hanya mencapai sekitar Rp 16 miliar.

"Minimnya penyerapan disebabkan oleh keraguan industri alas kaki atas program bantuan pemerintah tersebut. Akibatnya, tahun 2010, pemerintah terpaksa menurunkan alokasi anggaran restrukturisasi ini menjadi Rp 24 miliar," ungkap Ansari.

Menurut dia, belajar dari pengalaman sebelumnya, sosialisasi program ini terus dilakukan. Diharapkan, penyerapan tahun ini bisa lebih besar agar peremajaan mesin bisa segera dilakukan untuk bisa memiliki daya saing tinggi.

Ansari menyebutkan, ekspor sepatu tahun 2009 bisa mencapai 1,7 miliar dollar AS. Sebagian besar disumbang oleh industri sepatu di daerah Banten. Oleh karena itulah, sosialisasi terus dilakukan agar industri tergerak meremajakan mesinnya supaya bisa semakin kompetitif.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Binsar Marpaung mengatakan, tahun 2010, target ekspor ditetapkan sebesar 2 miliar dollar AS. Pencapaian target ini dimungkinkan setelah semua anggota Aprisindo mengalkulasi pesanan dari pasar ekspor.

"Dari aspek pemasaran, pameran pekan ini diharapkan mampu menghasilkan nilai transaksi langsung rata-rata sebesar Rp 10 juta per stan. Tentunya, konsumen mancanegara juga mulai terbuka untuk memesan produk Indonesia," kata Binsar.

Ketua Asosiasi Penyamak Kulit Indonesia (APKI) Senjaya Herlina mengatakan, minat investor pada industri alas kaki di Indonesia sesungguhnya sangat besar. Namun, mereka tetap ingin terlebih dahulu melihat faktor pendukung, seperti infrastruktur dan daya dukung pasokan bahan baku yang kerap masih terbentur regulasi pemerintah.

Menurut Senjaya, ada tiga investor asing yang menunda investasi karena mereka tidak ingin mengalami kegagalan seperti dialami di Vietnam. Ketiga investor tersebut adalah Sing Ang, Meise, dan Ching Hang.

Adapun investor Hongkong Thong Hong dipastikan masuk ke Indonesia untuk berinvestasi di industri panyamakan kulit. Investasinya bisa mencapai sekitar 10 juta dollar AS. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com