JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia mencatat pencairan dana asing yang masuk atau capital inflow sebesar Rp 10 triliun menjadi penyebab melemahnya nilai tukar rupiah antara tanggal 6-7 Mei pekan lalu. Namun, dana yang dicairkan masih berputar untuk pembelian Surat Utang Negara (SUN) dan penutupan likuidasi.
Hal ini disampaikan oleh Deputi Gubernur Bank Indonesia Hartadi di sela rapat pemerintah dan Pansus Tindak Pidana Pencucian Uang di Gedung DPR RI, Rabu (12/5/2010).
"Dari SBI misalnya yang tertinggi, itu kan instrumen yang paling likuid dan gampang sekali dijual, karena itu kita lihat waktu pelemahan tanggal 6 dan 7 kemarin, itu memang keluar dari sana. Kira-kira Rp 10 triliun. Sorry bukan keluar, tapi dicairkan," ungkapnya.
Hartadi mengaku sampai kemarin belum ada lagi arus capital inflow karena masih ada keraguan di investor. Namun, BI mencatat bahwa keluarnya capital inflow sebesar Rp 10 triliun itu masih teratur dan bersifat still in-order. Pelemahan nilai tukar rupiah pun masih berkisar di angka Rp 9.100.
"Jadi masih orderly, tidak terlalu khawatir. Nanti pun kalau worst case-nya terjadi pemburukan keluar lagi tapi masih in-order, kita masih bisa tidur nyenyak," tambahnya.
Oleh karena itu, kondisi rupiah saat ini masih belum terlalu mengkhawatirkan. Namun, BI terus berjaga-jaga akan kemungkinan terburuk dalam pergerakan nilai tukar antara Rp 9.000-Rp 9.200.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.