Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mutiara Impor Serbu Pasar Domestik

Kompas.com - 29/07/2010, 07:31 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Pasar mutiara dalam negeri diserbu oleh produk impor. Sebagian besar mutiara impor itu berasal dari China.

Direktur Pemasaran Luar Negeri Kementerian Kelautan dan Perikanan Saut Hutagalung di Jakarta, Rabu (28/7/2010), menjelaskan, mutiara impor tersebut beredar hingga ke sentra-sentra produksi budidaya mutiara di dalam negeri, seperti Lombok, Nusa Tenggara Barat. Mutiara impor itu sebagian adalah hasil budidaya air tawar. ”Sebagian besar impor mutiara dari China dengan kualitas jauh di bawah produk mutiara laut dari Indonesia,” ujar Saut.

Dalam periode Januari-Mei 2010, nilai impor mutiara alam, budidaya, dan batu alam mencapai 39.671.233 dollar AS atau naik 58,11 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2009, yang hanya 25.091.463 dollar AS.

Direktur Produksi Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan Iskandar Ismanadji mengakui semakin banyak mutiara impor yang masuk ke pasar dalam negeri.

Hingga kini, menurut Iskandar, pemerintah belum memiliki data yang valid tentang besaran produksi mutiara di dalam negeri. ”Kami belum bisa konfirmasi volume data produksi mutiara karena hitungan mutiara berupa butiran. Sedangkan perhitungan volume produksi perikanan masih mengacu pada satuan ton,” ujarnya.

Meski semakin banyak mutiara impor beredar di dalam negeri, menurut anggota Dewan Pakar Asosiasi Budidaya Mutiara Indonesia, Soen’an Hadi Purnomo, hal itu tak berpengaruh secara signifikan terhadap pasar mutiara Indonesia.

Mutiara dari Indonesia dikenal memiliki kualitas terbaik di dunia. Indonesia menjadi salah satu penghasil mutiara dari selatan (south sea pearls). Segmen pasar mutiara Indonesia, terutama Jepang, Amerika Serikat, Singapura, dan Uni Eropa. ”Impor mutiara hanya berpengaruh pada pasar lokal,” kata Soen’an.

Saat ini di Indonesia ada 71 perusahaan budidaya mutiara, 90 persen di antaranya dikuasai investor asing asal Australia dan Jepang. Perusahaan itu tersebar di Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Lampung, Maluku, Papua, dan Sulawesi.

Hasil kerajinan mutiara umumnya untuk memenuhi kebutuhan pasar internasional. Hampir 80 persen budidaya kerang mutiara di Indonesia dikuasai industri skala besar, mulai dari proses hulu hingga ke hilir. Penguasaan hulu ke hilir itu meliputi pembenihan, pembesaran kerang mutiara, pembudidayaan, pengolahan, dan pemasaran produk mutiara.

Keterlibatan masyarakat lokal dalam pembudidayaan kerang mutiara relatif masih minim. Kendala utama rakyat terlibat dalam budidaya kerang mutiara adalah tingginya modal yang dibutuhkan dan minimnya akses pasar. (LKT)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Whats New
Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Work Smart
Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Whats New
17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

Whats New
Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Rilis
Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya 'Serok'?

Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya "Serok"?

Earn Smart
Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Whats New
Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Whats New
Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Whats New
Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Whats New
Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Spend Smart
PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

Whats New
Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com