Stefanus Osa/Evy Rachmawati
Tangisan tak terelakkan. Meminta pertanggungjawaban, tetapi tak tahu siapa yang harus bertanggung jawab. Pasrah telah menjadi bahasa rakyat.
Kecemasan itu bukan hanya milik pengguna kompor yang menggunakan tabung gas kapasitas 3 kilogram. Terbukti, ledakan tabung gas juga dialami pengguna tabung gas 12 kg.
Bahasa kecemasan sudah semakin meluas. Tidak hanya milik warga ibu kota DKI Jakarta, tetapi sudah menjadi kecemasan bersama warga daerah.
Bayang-bayang ledakan tabung gas menjadi diskusi lucu-lucuan. Seorang pejabat mengingatkan, warna tabung gas 3 kg harusnya diganti. Jangan lagi berwarna hijau. Lalu, dia menyanyikan sepenggal lagu ”Balonku”. ”Balonku ada lima/Rupa-rupa warnanya/ Hijau, kuning, kelabu/Merah muda dan biru/Meletus balon hijau DOR!”
Tabung gas 3 kg, yang sering disebut ”buah melon”, diidentikkan dengan balon hijau.
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin Tekstil, dan Aneka Kementerian Perindustrian Ansari Bukhari, akhir pekan lalu, mengatakan, kapan ledakan tabung gas berakhir menjadi pertanyaan yang sulit. Selain upaya pemerintah, dibutuhkan pula sikap peduli masyarakat pengguna tabung gas.