Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Tetap Andalkan Impor Sapi

Kompas.com - 15/08/2010, 05:27 WIB

SURABAYA, Kompas.com - Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa menegaskan, impor daging sapi atau sapi tetap perlu dilakukan jika pasokan daging sapi memang berkurang di dalam negeri dan harga jualnya terus meningkat. Dengan demikian, pengurangan impor daging sapi tetap menjadi pertimbangan pemerintah, tinggal menentukan waktu yang tepat.

"Kami lihat, impor sapi 2010 lebih rendah dibandingkan impor daging sapi dan sapi pada tahun 2009. Dengan catatan itu, kami ingin mendorong impor. Impor tetap harus dilakukan sebagai pelengkap jika pasokan berkurang. Khusus untuk sapi, kalau pasokan di dalam negeri tidak cukup, ya kami pasti harus impor," ungkap Menteri Koordinator Perekonomian, Hatta Rajasa di Surabaya, Sabtu (14/8/10) petang saat melakukan kunjungan kerja ke beberapa tempat di Ibukota Jawa Timur itu, seperti pasar Wonokromo, Stasiun Pasar Turi, dan Pelabuhan Tanjung Perak untuk melihat kesiapan menjelang Idul Fitri.

Menurut Hatta, semua komoditas pangan mengalami penurunan harga, kecuali daging sapi. Pasokan daging sapi sebagian besar adalah sapi lokal, dengan harga pada kisaran Rp 60.000 - Rp 65.000 per kilogram (kg).

"Dari segi harga, komoditas cabe menurun, beras stabil dan cenderung menurun, hanya beras premium yang naik menjadi Rp 8.000 per kg, sedangkan ayam dan telur terus turun. Kecuali daging sapi. Untuk itu, kami sedang mempertimbangkan timing (waktu yang tepat) untuk impor sapi. Yang penting, harga daging sapi jangan sampai kekurangan dan harga harus distabilkan," ungkapnya.

Saat ini, izin impor sapi diberikan melalui sebuah keputusan menteri pertanian. Pada 27 Juli 2010, menteri pertanian menerbitkan surat keputusan tentang pengurangan jumlah sapi yang diimpor pada tahun 2010, sekitar 41 persen dari rencana impor sebelumnya. Keputusan ini menimbulkan keributan di kalangan pengusaha yang mengkhawatirkan akan adanya kelangkaan pasokan dan kenaikan harga daging sapi, sehingga menimbulkan biaya tinggi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com