Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerugian Maskapai Makin Membengkak

Kompas.com - 16/11/2010, 08:24 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Kerugian maskapai penerbangan akibat meletusnya Gunung Merapi makin membengkak. Potensi kehilangan pendapatan untuk rute penerbangan dari dan ke Yogyakarta sebesar minimal Rp 5 miliar per hari. Kerugian pun bertambah ketika penerbangan melewati Yogyakarta ditutup. Akibatnya, penerbangan lain di Pulau Jawa harus melewati Laut Jawa sehingga biaya operasi membengkak.

Kementerian Perhubungan mewajibkan penerbangan yang melewati tengah Pulau Jawa untuk melewati jalur utara Pulau Jawa.

Jalur itu lebih digeser ke utara lagi dari lintasan yang biasa dilewati pesawat untuk menghindari abu vulkanik yang masih melayang-layang di sekitar Gunung Merapi.

"Sebagai akibatnya, penerbangan akan lebih lama lagi karena lintasannya digeser agak ke utara. Jadi, pesawat akan menyusuri laut utara Jawa," kata Direktur Kenavigasian Bandara Kementerian Perhubungan Ichwanul Idrus di Jakarta, Senin (15/11/2010).

Rute-rute yang harus melalui utara Jawa tersebut adalah penerbangan Jakarta-Semarang, Jakarta-Surabaya, Jakarta-Solo dan Jakarta-Denpasar.

Sementara itu, Presiden Asosiasi Pilot Garuda Indonesia Stephanus Gerardus mengatakan, akibat abu vulkanik, penerbangan pesawat-pesawat Garuda memang harus digeser lebih ke utara lagi. Akibatnya, jarak tempuh penerbangan bertambah sekitar 10 menit.

"Untuk penambahan waktu 10 menit, pesawat Garuda harus mengeluarkan bahan bakar sekitar 300 kilogram. Dengan perkiraan harga avtur sebesar Rp 7.000 per liter, maka setiap penerbangan Garuda harus menambah biaya minimal sebesar Rp 2,1 juta," kata Stephanus.

Dia mengakui hal itu menjadi ongkos tersendiri bagi penerbangan Garuda Indonesia. Seperti diketahui, rute-rute di Pulau Jawa merupakan rute gemuk yang penerbangannya cukup padat. Setiap hari, Garuda setidaknya terbang sekitar 60 frekuensi.

Demikian juga dengan maskapai lain, Batavia Air, Sriwijaya Air, dan Lion Air misalnya masing-masing juga memiliki puluhan penerbangan ke rute-rute yang sama itu.

"Yang bisa kita lakukan adalah menunggu Merapi mereda kembali. Karena demi keselamatan penumpang, penggeseran lintasan penerbangan itu harus dilakukan. Kalau tidak, akan sangat berbahaya bagi semua," tandas Stephanus.

Sekretaris Jenderal Indonesia National Air Carrier Association (INACA) Tengku Burhanuddin juga menyatakan hal yang sama. Menurutnya, kerugian kehilangan pendapatan harus ditempuh maskapai agar keselamatan penerbangan tetap terjamin.

"Mudah-mudahan, Merapi segera mereda dan penerbangan bisa kembali normal. Kalau tidak, kehilangan pendapatan bakal terus meningkat," ujarnya.

Sebelumnya, Ketua Umum INACA Emirsyah Satar mengatakan, dalam sepekan lalu, maskapai penerbangan mengalami kerugian kehilangan pendapatan sebesar Rp 35 miliar lebih atau minimal Rp 5 miliar sehari akibat penutupan Bandara Adi Sutjipto, Yogyakarta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com