Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Pangan Dunia Ancam Perekonomian RI

Kompas.com - 09/12/2010, 20:45 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com  - Gejolak harga pangan dunia nampaknya belum akan terhenti. Bahkan, pada 2011 nanti diperkirakan harga pangan dunia masih berpotensi naik. Kondisi itu bisa mengancam stabilitas perekonomian Indonesia. Sebab, kenaikan itu bisa memicu laju inflasi.

Sekretaris Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) Syahrial Loetan menjelaskan, selama ini harga pangan domestik selalu mendorong laju inflasi. Bila ditambah kenaikan harga pangan dunia, laju inflasi bisa tidak terkendali. "Meskipun pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tapi bila inflasinya juga tidak, pertumbuhan itu akan sia-sia," kata Syahrial, Kamis (9/12/2010).

Menurutnya, gejolak harga pangan muncul lantaran kondisi iklim yang tidak menentu belakangan ini. Hal ini bakal menjadi pekerjaan rumah yang harus diantisipasi sejak awal. "Kita harus antisipasi sejak awal," terang Syahrial.

Makanya, ia memandang, kebijakan impor beras merupakan strategi yang pas. Sebab, kebijakan itu untuk memenuhi cadangan beras nasional. Jangan sampai, pada harga pangan terus naik, cadangan beras juga menipis.

Namun, ia berharap, keran impor tidak akan dibuka selebar-lebarnya. Sebab, bila terlalu banyak juga akan merugikan pedagang beras dan petani lokal. "Bulog dan Kementerian Perdagangan pasti ada hitungan berapa toleransi untuk impor beras," harap Syahrial.

Selain itu, laju harga pangan juga akan dipengaruhi pertumbuhan penduduk. Peningkatan penduduk akan menggerus lahan pertanian. Akibatnya, produksi pangan dalam negeri juga terancam. "Tambahan jumlah penduduk menyebabkan banyak sawah berubah bentuk menjadi jalan raya, perumahan, dan lain-lain. Ini juga jadi ancaman serius," terang Syahrial.

Lebih lanjut ia menjelaskan, pemerintah sudah mengantisipasi gejolak harga pangan tersebut. Mereka sudah mengalokasikan anggaran Rp 2 triliun untuk gejolak pangan dunia, dan Rp 1 triliun untuk stabilitas harga pangan tahun ini.

Selain itu, di 2011 mendatang, pemerintah juga menyediakan dana Rp 706,7 miliar untuk perluasan lahan pertanian. Dana ini dialokasikan di Kementerian Pertanian untuk meningkatkan luas lahan hingga 519,57 ribu hektar untuk tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan kawasan peternakan.

Perluasan lahan tidak produktif juga menjadi perhatian pemerintah. Dalam postur APBN 2011, pemerintah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 539,4 miliar untuk perluasa lahan tidak produktif yang dipergunakan untuk pembentukan Merauke Integrated Food and Energy Estates (MIFEE). Hingga 2014 nanti, berjanji memperluas sampai 2 juta hektare. Jumlah ini jauh lebih besar dari periode 2006-2009 yang hanya sekitar 100 ribu hektare. (Irma Yani/Kontan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Defisit APBN Pertama Pemerintahan Prabowo-Gibran Dipatok 2,45 Persen-2,58 Persen

Defisit APBN Pertama Pemerintahan Prabowo-Gibran Dipatok 2,45 Persen-2,58 Persen

Whats New
Bos Bulog Sebut Hanya Sedikit Petani yang Manfaatkan Jemput Gabah Beras, Ini Sebabnya

Bos Bulog Sebut Hanya Sedikit Petani yang Manfaatkan Jemput Gabah Beras, Ini Sebabnya

Whats New
Emiten Gas Industri SBMA Bakal Tebar Dividen Rp 1,1 Miliar

Emiten Gas Industri SBMA Bakal Tebar Dividen Rp 1,1 Miliar

Whats New
Citi Indonesia Tunjuk Edwin Pribadi jadi Head of Citi Commercial Bank

Citi Indonesia Tunjuk Edwin Pribadi jadi Head of Citi Commercial Bank

Whats New
OJK: Guru Harus Punya Pengetahuan tentang Edukasi Keuangan

OJK: Guru Harus Punya Pengetahuan tentang Edukasi Keuangan

Whats New
Sekjen Anwar: Kemenaker Punya Tanggung Jawab Besar Persiapkan SDM Unggul dan Berdaya Saing

Sekjen Anwar: Kemenaker Punya Tanggung Jawab Besar Persiapkan SDM Unggul dan Berdaya Saing

Whats New
Lowongan Kerja BUMN Viramakarya untuk Posisi di IKN, Ini Posisi dan Persyaratannya

Lowongan Kerja BUMN Viramakarya untuk Posisi di IKN, Ini Posisi dan Persyaratannya

Whats New
Soal Relaksasi HET Beras Premium, Dirut Bulog: Biasanya Sulit Dikembalikan...

Soal Relaksasi HET Beras Premium, Dirut Bulog: Biasanya Sulit Dikembalikan...

Whats New
Potensi Pasar Geospasial di Indonesia

Potensi Pasar Geospasial di Indonesia

Whats New
OJK Minta Lembaga Keuangan Bikin 'Student Loan' Khusus Mahasiswa S-1

OJK Minta Lembaga Keuangan Bikin "Student Loan" Khusus Mahasiswa S-1

Whats New
Soal Tarif PPN 12 Persen, Sri Mulyani: Kami Serahkan kepada Pemerintahan Baru

Soal Tarif PPN 12 Persen, Sri Mulyani: Kami Serahkan kepada Pemerintahan Baru

Whats New
Citilink Buka Lowongan Kerja Pramugari untuk Lulusan SMA, D3, dan S1, Ini Syaratnya

Citilink Buka Lowongan Kerja Pramugari untuk Lulusan SMA, D3, dan S1, Ini Syaratnya

Whats New
Kerangka Ekonomi Makro 2025: Pertumbuhan Ekonomi 5,1 - 5,5 Persen, Inflasi 1,5 - 3,5 Persen

Kerangka Ekonomi Makro 2025: Pertumbuhan Ekonomi 5,1 - 5,5 Persen, Inflasi 1,5 - 3,5 Persen

Whats New
Tinjau Fluktuasi Bapok, KPPU Lakukan Sidak Serentak di Sejumlah Pasar

Tinjau Fluktuasi Bapok, KPPU Lakukan Sidak Serentak di Sejumlah Pasar

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BRI hingga CIMB Niaga

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BRI hingga CIMB Niaga

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com