Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pahami Potensi Lonjakan BBM Bersubsidi!

Kompas.com - 13/12/2010, 18:32 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Rapat Kerja Komisi VII DPR RI tentang pelaksanaan pembatasan konsumsi Bahan Bakar Minyak atau BBM bersubsidi ternyata cukup alot sehingga sudah memasuki dua kali masa istirahat sejak tadi siang.

Atas dasar itu, Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa berharap anggota DPR RI yang masih menolak program tersebut mengerti tentang potensi lonjakan konsumsi BBM yang mungkin akan sangat menyedot anggaran APBN 2011.

"Kalau berbicara soal APBN 2011, kuota anggaran subsidi BBM-nya 38 juta kilo liter. Sekarang saja kuota 38,38 juta (sudah melampaui pagu APBN-P 2010, yakni 36,5 juta kilo liter). Hampir sama dengan pagu 2011. Kalau tidak diterapkan (program pengaturan BBM) maka pagu 2011 itu akan terlampau," ungkap Hatta di Jakarta, Senin (13/12/2010) saat istirahat kedua pada Rapat Kerja Komisi VII DPR RI yang mengagendakan persiapan pemerintah dalam membatasi konsumsi BBM bersubsidi.

Menurut Hatta, mulai Januari 2011, pengaturan konsumsi BBM bersubsii harus mulai dilakukan agar dapat menghemat konsumsi BBM bersubsidi dari 42 juta kilo liter (kl) menjadi 38 juta kl. Langkah itu akan menghemat anggaran subsidi Rp 3,8 triliun.

"Dengan kata lain, adanya pengaturan BBM bersubsidi di kawasan Jabodetabek saja akan menghemat anggaran subsidi BBM bersubsidi Rp 0,7 triliun (dalam enam bulan pertama)," ujarnya.

Hatta menegaskan, pemerintah sudah memperhitungkan semua potensi kecurangan yang mungkin saja dilakukan. Itu antara lain, penduduk Jabodetabek membeli BBM bersubsidi dari luar wilayah Jabodetabek. Atau munculnya pembeli BBM menggunakan jerigen.

"Semua potensi rembesan itu sudah diperhitungkan oleh Pertamina. Misalnya ada orang Bekasi membeli BBM di Kerawang yang masih bersubsidi. Itu sangat mungkin terjadi. Itu hanya akan menggeser konsumsi BBM, namun tidak perlu menambah volume," ujarnya.

Apalagi, ujar Hatta, ada potensi kenaikan harga minyak dunia yang terus meningkat. Meskipun harga minyak mentah Indonesia (ICP) sudah mendekati 90 dollar AS per barrel, namun pemerintah tetap berpegang pada asumsi APBN 2011, yakni 80 dollar AS per barrel.

"Kalau ICP makin meningkat di atas itu, maka ada kenaikan kuota volume BBM, besaran subsidi meningkat juga. APBN akan lebih mahal 25 persen," tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

    Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

    Whats New
    BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

    BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

    Whats New
    Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

    Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

    Whats New
    Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

    Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

    Whats New
    Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

    Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

    Whats New
    Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

    Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

    Work Smart
    Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

    Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

    Whats New
    17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

    17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

    Whats New
    Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

    Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

    Rilis
    Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya 'Serok'?

    Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya "Serok"?

    Earn Smart
    Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

    Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

    Whats New
    Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

    Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

    Whats New
    Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

    Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

    Whats New
    Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

    Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

    Whats New
    Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

    Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

    Whats New
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com