Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak Peternak Lebah yang Jadi Taipan

Kompas.com - 30/12/2010, 09:24 WIB

KOMPAS.com - Siapa sangka, anak seorang peternak lebah madu bisa menjadi pengusaha tajir. Richard Chandler, pemilik R.F. Chandler, perusahaan investasi yang membiakkan duitnya di pelbagai sektor usaha, mulai minyak dan gas (migas), telekomunikasi, hingga perbankan, kini menjadi orang terkaya di dunia urutan ke 307 versi Majalah Forbes. Kekayaan lelaki asal Selandia Baru dan bekas CEO Sovereign Group of Companies ini ditaksir mencapai 3,4 miliar dollar AS.

Bagi penduduk Selandia Baru dan Singapura, nama Richard Chandler tidak asing lagi di telinga mereka. Pasalnya, pria kelahiran Negeri Kiwi yang bermukim di Negeri Merlion itu merupakan salah satu orang paling kaya di kedua negara tersebut.

Tahun ini, Majalah Forbes memperkirakan kekayaan Richard mencapai 3,4 miliar dollar AS, yang sekaligus menempatkannya sebagai orang terkaya nomor 5 di Singapura dan 307 di dunia. Kekayaan Chandler berasal dari Sovereign Group of Companies, perusahaan investasi yang dibangun bersama saudaranya.

Tetapi, tak banyak yang tahu bahwa Richard adalah anak seorang peternak lebah madu. Ia lahir dan besar di daerah Matangi, yang terletak di sebuah pulau kecil di bagian utara Selandia Baru. Selain beternak lebah, ayahnya, Robert Chandler juga memiliki departemen store kecil-kecilan bernama Chandler House.

Melihat usaha departemen store sang ayah tidak berkembang, pada 1986, Richard bersama saudaranya Christopher Chandler, memutuskan menjualnya. Dua kakak beradik ini kemudian menggunakan dana hasil penjualan tersebut untuk mendirikan perusahaan bernama Sovereign Group of Companies.

Richard dan Christopher mengelola Sovereign Group sebagai perusahaan investasi yang fokus melakukan penanaman modal di sektor-sektor swasta yang ada di kawasan Asia.

Salah satu sektor yang dimasuki Sovereign Group adalah bisnis real estate di Hong Kong. Hanya dalam tempo beberapa tahun, nilai investasi di bekas jajahan Inggris tersebut naik berlipat-lipat. Terutama ketika Inggris menyerahkan Hong Kong ke pelukan China pada akhir periode 1990-an.

Keuntungan Sovereign Group makin berlipat setelah investasi mereka di sektor usaha lainnya, seperti migas, telekomunikasi, kelistrikan, baja, penyulingan minyak, dan perbankan, juga menuai sukses besar.

Selain kejelian memilih investasi, kesuksesan yang diraih Richard dan Christopher juga lantaran keduanya hanya fokus menanamkan modalnya di sektor-sektor swasta di wilayah Asia. Namun, keduanya tak puas begitu saja. Ia terus berupaya mengembangkan bisnisnya.

Mereka akhirnya masuk juga ke proyek-proyek milik pemerintah, tak hanya di Asia tapi juga di kawasan Eropa Timur dan Amerika Latin. Dengan modal pengalamannya selama ini di sektor swasta, mereka yakin bisa mendulang sukses juga di proyek-proyek pelat merah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com