Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Tak Berdaya Hadapi Cabai

Kompas.com - 04/01/2011, 22:07 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Pemerintah mengandalkan surplus produksi cabai di daerah untuk mencukupi kebutuhan dan menurunkan harga cabai yang semakin menyulitkan masyarakat.

"Kami tidak bisa berbuat apa-apa untuk mengatasi lonjakan harga cabai,” ujar Jimmy Bella, Direktur Sembako dan Barang Strategis Kementerian Perdagangan (Kemendag) di Jakarta, Selasa (4/1/2011).

Menurut dia, pemerintah sejauh yang dapat dilakukan hanya mendorong daerah untuk meningkatkan produksi cabai dan surplus. “Kami hanya mendorong agar pemda yang daerahnya surplus mau melempar produksinya ke Jawa,” katanya.

Lebih lanjut, kata dia, defisit cabai hanya terjadi di Jawa, sedangkan daerah lain banyak mengalami surplus cabai, seperti di daerah Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan.

Guna meredam liarnya harga cabai, yang mampu dilakukan adalah mengandalkan daerah yang surplus produksi dan mau berbagi ke Jawa. Bisa juga para juragan cabai mau menarik komoditas tersebut dari daerah surplus.

“Pemerintah pusat tidak mungkin, apalagi membuat penyangga seperti beras yang dilakukan Bulog. Cabai kan mudah rusak dan tidak bisa disimpan dalam kurun waktu lama,” katanya.

Sementara itu, saat ditanya mengenai kemungkinan adanya kartel yang bermain sehingga harga cabai akan semakin liar menyentuh Rp 100.000 per kg, Jimmy tidak melihat adanya kartel yang bermain.

Menurut dia, komoditas cabai merupakan komoditas yang cepat rusak. Jadi, ia menegaskan tidak mungkin ada kartel yang berspekulasi dengan menimbun cabai.

Sementara itu, Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi menyatakan, pada awal tahun 2011 ini panen cabai terjadi di pusat-pusat produksi cabai nasional. Dengan masuknya masa panen, pemerintah berharap liarnya harga cabai bisa ditekan.

"Akhir Januari (2011) beberapa daerah, seperti Tasikmalaya dan Sukabumi, mulai panen.  Mudah-mudahan pasokan cabai akan membaik. Brebes juga akan panen pada akhir Januari dan awal Februari," ungkapnya di Jakarta Selasa (4/1/2011).

Dia menambahkan, selama bulan Desember, di beberapa daerah, seperti Banyuwangi, Jember, Kediri, Brebes, Ciamis, produksi cabai turun sekitar 20 hingga 30 persen.

Selain karena curah hujan yang tinggi, penyebab lain adalah hama patek yang berkembang di tengah udara lembab sehingga membuat bunga cabai rusak. (Srihandriatmo Malau)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com