Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Daman, Pelayan Para Peternak Pangalengan

Kompas.com - 21/01/2011, 15:38 WIB

KOMPAS.com -  Pada awalnya, Daman Danuwidjaja, pendiri Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) di Desa Pangalengan, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, mengakui rintangan dan hambatan yang dihadapi untuk menjalankan usaha itu, bukan main besarnya.

Saat koperasi untuk peternak sapi perah tersebut didirikan pada 1 April 1969, Daman harus menghadapi ulah kolektor atau tengkulak yang menetapkan harga susu amat rendah. Bahkan, bisa saja kerja peternak tidak dibayar. Masalahnya, susu adalah komoditas yang sangat cepat rusak.

Tak heran jika peternak punya daya tawar yang sangat kecil dan hanya bisa pasrah diatur kolektor. Jika tidak, susu menjadi basi dan tak laku dijual. Peternak pun malah kehilangan pendapatan. Dampaknya, tingkat kerusakan susu di koperasi dan peternak saat itu juga termasuk tinggi.

Kendala itu dapat diatasi dengan milk treatment namun biayanya sangat mahal. Dijelaskan dalam buku Pengalaman, Pemikiran, dan Perjuangan Drh Haji Daman Danuwidjaja Membangun Usaha Koperasi Persusuan Mandiri yang diterbitkan KPBS Pangalengan, biaya itu mencapai Rp 550 juta.

Berkat upaya pendekatan Daman dengan industri pengolahan susu, KPBS akhirnya bisa mendapatkan pinjaman untuk masa pengembalian selama lima tahun. Pembangunan milk treatment berlangsung lebih kurang enam bulan dan selesai pada Juli 1979.

Kenyataannya, hanya dalam waktu tiga tahun pinjaman sudah bisa dilunasi. Jumlah pegawai pada masa awal KPBS beroperasi hanya 36 orang bertambah menjadi sekitar 250 orang saat ini. Begitu pula dengan peningkatan jumlah anggota dari sekitar 600 peternak menjadi 5.200 peternak.

Sementara, populasi sapi milik anggota juga bertambah dari 2.000 ekor menjadi 22.000 ekor. Menurut Ketua Umum KPBS Aun Gunawan, kapasitas produksi koperasi saat ini lebih kurang 135 ton per hari. Sekitar 95 persen dari produk itu berupa susu segar.  "Lebih kurang 75 ton per hari disalurkan ke Frisian Flag, industri susu lain sebanyak 50 ton, dan sisanya untuk produk KPBS," kata Aun.

Dalam kondisi yang belum sepenuhnya dapat dikatakan sejahtera, para peternak harus bekerja keras di atas rata-rata profesi lainnya. Belum lagi, bila musim kemarau para peternak harus mencari rumput ke tempat yang amat jauh dengan jarak hingga puluhan kilometer.

Harga susu yang terus naik memang mendorong masyarakat beternak sapi. Sekitar tiga tahun lalu , rata-rata harga susu sebesar 2.845 per liter dan menjadi Rp 3.250 saat ini. Akan tetapi, harga sapi juga semakin mahal. Harga sapi dara bunting lokal misalnya, mencapai Rp 10-11 juta per ekor.

Itu harga untuk sapi yang hamil lima bulan. Kalau sapi yang sedang berproduksi lebih mahal, mencapai Rp 12,5-15 juta per ekor, ujar Aun. Ka rena itulah, KPBS senantiasa mengupayakan agar para peternak bisa menerima harga susu sebaik mungkin.

Daman Danuwidjaja, pendiri KPBS itu sudah wafat tahun 1995 pada usia 57 tahun . Dalam hidupnya, suatu waktu ia pernah berujar, Pengurus koperasi dan karyawan dari pengawas hingga manajer adalah pelayan-pelayan untuk para anggota. Kini n ilai-nilai yang diwariskan itu masih tetap diterapkan dan akan terus dilanjutkan KPBS pada masa-masa mendatang, demi meningkatkan taraf hidup peternak.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BCA Finance Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1 Semua Jurusan, Cek Syaratnya

BCA Finance Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1 Semua Jurusan, Cek Syaratnya

Work Smart
Pemerintah Sebut Tarif Listrik Seharusnya Naik pada April hingga Juni 2024

Pemerintah Sebut Tarif Listrik Seharusnya Naik pada April hingga Juni 2024

Whats New
Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Whats New
Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com