Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BP Migas Sulit Alihkan Pasokan ke PLN

Kompas.com - 03/02/2011, 22:18 WIB

JAKARTA, Kompas.com — Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi menyatakan kesulitan memenuhi permintaan PT Perusahaan Gas Negara untuk mengembalikan pasokan gas sebesar 100 juta kaki kubik per hari atau MMSCFD ke pembangkit listrik PLN. Sebab, hal ini akan memengaruhi produksi minyak di lapangan Duri, Riau.  

Menurut Kepala Dinas Humas dan Hubungan Kelembagaan BP Migas Elan Biantoro, Kamis (3/2/2011), di Jakarta, pengalihan gas itu akan sangat berpengaruh pada pemenuhan target produksi minyak tahun ini. Ini ibarat buah simalakama, apa siap kehilangan penerimaan negara jika gas dialihkan ke PLN, ujarnya menegaskan.

Sebelumnya, Direktur Utama PT PGN Hendi Prio Santoso dalam dengar pendapat dengan Komisi VII DPR RI meminta dukungan pemerintah untuk mengembalikan pasokan gas 100 MMSCFD yang akan kembali dialirkan untuk operasional pembangkit PLN. Saat ini pasokan gas itu dialirkan ke PT Chevron Pacific Indonesia di Duri, Riau.

Sejak Februari 2010, alokasi gas PGN sebesar 100 MMSCFD dialihkan dari PGN ke Chevron Duri untuk mendukung lifting atau produksi minyak mentah siap jual. Akibatnya, pasokan gas bumi untuk pembangkit listrik PLN dikurangi dalam jumlah sama.

"Kami memerlukan dukungan pemerintah melalui BP Migas dan Direktorat Jenderal Migas untuk memastikan gas yang dialihkan ke Chevron tersebut dapat dialirkan kembali ke Jawa Barat dan tidak untuk diekspor," kata Hendi.

Sementara itu, Elan menyatakan, kalau pasokan gas dialihkan, maka akan mengganggu produksi minyak di lapangan Duri dan sekitarnya yang mencapai 180.000 barrel per hari. Dari sisi prinsip, BP Migas harus menjaga kelangsungan produksi, kata Elan.

Elan menyatakan, keinginan PGN untuk mengalihkan pasokan gas dari Chevron Duri itu kemungkinan dilandasi motif bisnis. Selama ini pasokan gas dari ChonocoPhilips ke Chevron Duri dialirkan menggunakan fasilitas dari PT Transgas Indonesia, konsorsium yang di dalamnya juga terdapat PGN. Jadi, PGN hanya mendapat biaya pipa.

Sementara jika pasokan gas dialirkan ke pembangkit listrik PLN, maka PGN akan mendapat marjin usaha lebih besar sebagai penyalur ke hilir dibandingkan besaran marjin dari biaya pipa ke Duri. "Ini sebenarnya wajar sebagai sebuah kegiatan bisnis," kata dia. 

"Kalau mau win win solution, kami bisa mengambil gas dari sumber lain, misalnya dari Petro China di Provinsi Jambi. Tetapi, persoalan ada pada harga jual gas ke PLN yang jauh lebih murah dibanding jika diekspor ke Singapura," kata dia.

Sementara sejumlah sumur gas lain di Sumatera masih belum dikembangkan oleh kontraktor migas. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com