Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertahanan BI Runtuh karena Asing?

Kompas.com - 06/02/2011, 10:26 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Keputusan Bank Indonesia (BI) menaikkan BI rate menimbulkan kabar tak sedap. Banyak yang menilai, pihak asing mendesak BI agar suku bunga naik seiring dengan angka inflasi yang melonjak.

Sebelumnya, banyak lembaga keuangan yang mengingatkan tentang dampak inflasi yang tinggi. Misalnya, Dana Moneter Internasional (IMF) yang berpandangan, Indonesia harus segera menaikkan suku bunga acuan untuk mencegah percepatan inflasi dan rupiah tak overvalued.

"Lonjakan harga pangan domestik dalam dua bulan terakhir harus menjadi perhatian, BI rate harus naik," ujar Milan Zavadjil, Perwakilan IMF untuk Indonesia (11/1/2011). Pertimbangan lainnya adalah inflasi yang naik 6,96 persen pada bulan lalu dari tahun sebelumnya. Laporan per 3 Januari tersebut lebih tinggi dari perkiraan 14 ekonom yang disurvei oleh Bloomberg yang sebesar 6,71 persen.

Chief Economist and Managing Director for Economy and Currency Research DBS, David Carbon, pada bulan lalu juga mengatakan investor asing khawatir dengan kebijakan BI yang tidak kunjung menaikkan suku bunga.

"Investor khawatir, karena tekanan inflasi tinggi, BI bisa menaikkan BI rate sekaligus," ujar David. Sebab jika BI rate naik secara drastis mengejar ketertinggalan terhadap angka inflasi, pasar bisa terguncang hebat.

Tapi, Ekonom Standard Chartered Bank Indonesia, Eric Alexander Sugandi, menolak anggapan bahwa kekuatan BI dalam mempertahankan suku bunga jebol akibat desakan asing. "Tak sepenuhnya atas desakan asing, banyak bank lokal yang sebelumnya meminta kenaikan suku bunga," kata Eric kepada KONTAN, Jumat (4/2/2011).

Tapi, momen kenaikan kali ini, menurut Eric lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya yaitu Maret mendatang. Ekonom menilai, kenaikan suku bunga acuan atau BI rate sebesar 25 bps menjadi 6,75 persen belum mencapai titik klimaks.

Ekonom HSBC Indonesia Wellian Wiranto memprediksi, BI rate masih akan naik beberapa bulan mendatang. Menurutnya, kenaikan berikutnya bisa mencapai dua kali lipat dari kenaikan saat ini yang sebesar 25 bps. Ekonom HSBC ini berharap pada April mendatang BI rate kembali bisa dinaikkan menjadi 7,25 persen karena tekanan inflasi yang masih tinggi.

"Keputusan BI saat ini sudah bijaksana, kenaikan ini sesuai dengan yang diharapkan oleh HSBC," ujarnya kepada KONTAN.

Yang jelas, sebagai respons atas kenaikan suku bunga, akan ada capital inflow atau aliran dana asing yang cukup deras dan rupiah bakal menguat. "Dana yang masuk bisa ke obligasi pemerintah ataupun pasar saham, namun tidak akan terlalu besar seperti pada tahun 2009-2010 yang sedang dalam masa krisis," kata Eric.

Ia memprediksi, dengan kenaikan suku bunga, pertumbuhan ekonomi semula di posisi 6 persen bisa naik menjadi 6,5 persen. Namun bagi industri perbankan akan berdampak negatif terutama terhadap suku bunga deposito dan kredit yang akan mengurangi margin serta menghambat pertumbuhan kredit di sektor umum. Ia menyarankan, sebaiknya perbankan jangan menaikkan suku bunga dulu, karena akan menghambat pertumbuhan kredit bank.

Naiknya BI rate memang sangat menguntungkan bagi pemodal asing. Sebab, imbal hasil yang diperoleh bisa lebih tinggi. (Nina Dwiantika, Dyah Megasari/Kontan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com