Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Juragan Lintah Beromzet Jutaan Rupiah

Kompas.com - 11/02/2011, 10:38 WIB

KOMPAS.com - Menjijikkan tapi menguntungkan. Begitulah slogan Midin Muhidin, pengusaha dari Depok, Jawa Barat, dalam mengibarkan usaha lintahnya. Di tangannya, binatang penghisap darah ini justru membawa berkah dan rezeki. Baru setahun lebih usahanya berjalan, ia sudah bisa mengantongi omzet hingga Rp 120 juta per bulan.

Sebelum memulai bisnis lintah, Midin Muhidin adalah seorang karyawan di semuah perusahaan perakitan pompa minyak dan gas dengan jabatan document controller and HSE safety. Bosan menyandang status karyawan kantoran dengan rutinitas jam kantor dan penghasilan pas-pasan selama tujuh tahun, ia pun memutuskan untuk berwiraswasta.

Midin lantas meninggalkan pekerjaannya. "Dengan jam kerja yang fleksibel, membuat saya punya lebih banyak waktu luang bagi diri sendiri," kata Midin. Pria kelahiran 15 Juli 1972 ini kemudian berburu informasi mengenai komoditas yang paling menguntungkan untuk dibudidayakan. Sampai suatu ketika, Midin melihat peluang usaha lintah secara kebetulan.

Ceritanya, saat itu, dia mengantarkan orang tua angkatnya yang sakit stroke stadium tiga untuk terapi lintah di Depok. "Ajaib, setelah dua kali terapi, orang tua saya menunjukkan perubahan yang signifikan, hampir sembuh total dan bisa berjalan lagi," ujar Midin.

Sejak itu, ia mulai yakin khasiat terapi lintah. Dari hasil ngobrol sana-sini dengan banyak terapis lintah, ternyata mereka selama ini kesulitan mencari binatang penyedot darah itu karena pemasoknya masih jarang. Apalagi yang membudidayakan sendiri. "Saya pikir, ini peluang bisnis yang sangat bagus," kata Midin.

Akhirnya, Midin memulai usaha pada September 2009 dengan modal Rp 10 juta. Ia memakai dana ini untuk biaya renovasi lahan dan pembelian 500 indukan lintah seharga Rp 1,5 juta. Dia pun membangun badan usaha CV Enha Farm untuk peternakan lintahnya.

Beruntung, lahan budidaya lintah yang ia pakai seluas kurang dari satu hektare di daerah Limo, Depok milik saudaranya. Jadi, Midin tidak perlu membayar sewa. "Saya hanya menumpang lahan," ungkap dia.

Di awal-awal usaha, teman-temannya banyak meragukan keberhasilan budidaya lintah. "Bisnis lintah saat itu masih tergolong asing dan terapi lintah ketika itu juga belum banyak yang tahu," imbuhnya.

Tetapi, Midin jalan terus sambil mempelajari manfaat lintah sebagai alat terapi dari bermacam referensi secara otodidak. Hasilnya, terapi lintah ternyata sudah sangat populer dalam dunia kedokteran di pelbagai negara, seperti Rusia, China, Jerman, dan Prancis. Bahkan, menurutnya, bangsa Mesir kuno sudah mempraktekkan pengobatan alami ini. Fungsi lintah untuk mengisap darah kotor yang ada di dalam tubuh manusia. Itu sebabnya, terapi lintah bisa mengobati bermacam penyakit termasuk diabetes dan stroke. Saat lintah menyedot darah kotor, binatang tersebut juga melepas zat hirudinnya yang berfungsi sebagai antikoagulan yang dapat mencegah penggumpalan darah.

Tapi, tak sembarang lintah bisa dipakai untuk terapi. Hanya lintah jenis Hirudo medicinalis atau Hirudo spinalis yang bisa digunakan sebagai sarana terapi. Di Indonesia, lintah ini dikenal dengan nama lintah kerbau. Lintah kerbau hanya hidup di Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Makanya, negara-negara barat selalu mencari lintah kerbau ke tiga negara tersebut dengan jumlah permintaan yang tinggi. "Thailand dan Malaysia sudah lebih dulu mengekspor lintah," tutur Midin.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com