Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/02/2011, 08:04 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebagai negara kepulauan dengan panjang pantai 5,8 kilometer dan laut seluas 81.000 kilometer persegi, Indonesia ternyata tak mandiri dalam memproduksi garam. Untuk memenuhi kebutuhan garam sekitar 3 juta ton, Indonesia harus mengimpor garam 1,8 juta ton per tahun.

Volume impor itu terus bertambah seiring meningkatnya kebutuhan dalam negeri untuk keperluan industri dan konsumsi rumah tangga rata-rata 2 persen per tahun.

”Kesalahan strategi dalam membangun industri garam nasional adalah penyebab utama terjadinya hal itu. Usaha hanya dikembangkan di Pulau Jawa (dan Madura) yang sebetulnya memiliki musim kemarau yang pendek sehingga produksi garam selalu tidak optimal,” kata Wakil Menteri Perindustrian Alex SW Retraubun di Jakarta, Sabtu (12/2/2011).

Pilihan pengembangan industri garam di Pulau Jawa-Madura dan sedikit di luar Jawa selama ini perlu dimaklumi karena semua infrastruktur yang dibutuhkan, seperti pelabuhan dan jalan raya yang memadai, hanya tersedia di wilayah ini. Akibatnya, daerah-daerah di luar Jawa, seperti di Nusa Tenggara Timur (NTT) yang memiliki musim kemarau hingga delapan bulan, yang seharusnya pantas menjadi basis produksi garam nasional, selalu terabaikan.

Selama ini, menurut Alex, produksi garam nasional hanya rata-rata 1,2 juta ton per tahun yang dihasilkan dari lahan seluas 19.600 hektar yang tersebar di sejumlah daerah di Jawa, Madura, Sulawesi Selatan, dan Bali. Kebutuhan nasional sejak tahun 2009 sekitar 3 juta ton per tahun.

Perusahaan Negara Garam bahkan hanya memproduksi 280.000 ton per tahun dari total lahan 5.750 hektar di Madura. Namun, tahun 2010, perusahaan ini hanya memproduksi 23.000 ton sehingga seluruh kebutuhan praktis dipenuhi impor.

Selain untuk konsumsi rumah tangga (24 persen), kebutuhan terbesar justru untuk bahan baku industri plastik (50 persen). Kebutuhan lain adalah untuk bahan baku industri kosmetik dan cairan infus (16 persen), pengeboran minyak (4 persen), dan industri aneka pangan.

Untuk meningkatkan produksi garam nasional, saat ini sudah dibangun pabrik garam di Nusa Tenggara Timur oleh investor Australia. Adapun investor dari Taiwan sudah menyampaikan komitmennya untuk berinvestasi di NTT.

Nusa Tenggara Timur dipilih karena musim keringnya berlangsung delapan bulan per tahun.

Anomali cuaca

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com