Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Importir Film Didenda 1.000 Persen

Kompas.com - 24/02/2011, 19:44 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Keuangan memastikan seluruh importir film akan mendapatkan perlakuan sama, termasuk dibebani denda akibat keterlambatan membayar kewajiban kepabeanan atau perpajakan lain, disamping tunggakkan pokoknya. Catatan Kementerian Keuangan menunjukkan ada importir yang mendapatkan denda maksimal, yakni 1.000 persen dari tagihannya karena melaporkan nilai pabean yang lebih rendah 100 persen dari yang seharusnya, atau sama sekali tidak melaporkan nilai pabean.

"Angkanya (tunggakan importir) serem. Namun, saya memang melihat ada yang perlu dikaji ulang dalam hal penetapan denda ini, karena mungkin terlalu tinggi, bisa ada yang dibebani 400 persen atau bahkan maksimal 1.000 persen. Akan tetapi, untuk tunggakan yang ada sekarang, seluruhnya wajib dipenuhi terlebih dahulu," tegas Menteri Keuangan Agus DW Martowardojo di Jakarta, Kamis (24/2/2011).

Menurut Agus, masalah tunggakan dalam industri film adalah masalah kecil dibandingkan masalah yang terjadi pada seluruh industri nasional. Oleh karena itu, Kementerian Keuangan sudah membicarakan ada sembilan industri yang perlu diperjelas mekanisme pemajakannya.

"Kami membicarakan sembilan industri itu yang harus jelas, dan kami juga membahas kemungkinan adanya pajak impor yang ditanggung pemerintah. Kemungkinan itu telah saya minta untuk dikaji. Jadi pada akhirnya nanti, yang akan kami urus bukan hanya satu industri, yakni film itu saja," katanya.

Sebagai contoh dalam industri film nasional, bagian yang harus diperjelas adalah masalah penetapan nilai pabean film impor. Selama ini, importir hanya menetapkan nilai pabean (yang menjadi dasar pengenaan bea masuk, Pajak Pertambahan Nilai/PPN, dan Pajak Penghasilan/PPh pasal 22) adalah panjang rol film, yakni 0,43 dollar AS per meter.

Padahal sebagai sebuah karya cipta, film memiliki keunikan dibandingkan barang yang lain. Selain membayar ketiga pungutan tadi, importir film juga harus memperhitungkan nilai pabean yang didasarkan atas hak ciptanya, yakni berdasarkan royalti yang dibayarkan kepada produsen film di luar negeri. Atas dasar ini, importir dikenakan lagi bea masuk sebesar 10 persen, PPN 11 persen, dan PPh pasal 26 sebesar 2,75 persen, atau total 23,75 persen.

Jika perhitungan pungutan itu hanya didasarkan atas panjangnya rol film, maka satu judul film hanya perlu menyetor Rp 13 juta, per salinan film. Padahal, satu film bisa mencapai 60.000 dollar AS.

"Saya tahu kalau ada denda memang menakutkan, makanya kami sedang menata kembali. Ayo kita perbaiki ke depan. Namun sekarang, dia (importir) tetap harus datang dulu ke Kemenkeu. Lapor ke Bea dan Cukai, lalu kita selesaikan bersama," kata Agus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Earn Smart
Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Earn Smart
Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Whats New
Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com