Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mono: Nama Desa, Rezeki Kota (2)

Kompas.com - 11/03/2011, 07:33 WIB

KOMPAS.com — Harus tahan banting. Itu kata kunci Agus Pramono, pemilik usaha Ayam Bakar Mas Mono. Meski gerai kena gusur dan mesti menghadapi isu flu burung, ia masih bertahan mengemudikan usaha ayam bakarnya. Malah, dia nekat membuka usaha di lokasi yang sepi pedagang. Belum setahun pindah lokasi, lelaki asal Madiun ini berani membuka cabang.

Ketika pindah tempat berdagang ke Jalan Tebet Raya, Jakarta Selatan, pada 2004, Agus Pramono khawatir pelanggannya menyusut. Akan tetapi, saat itu, ia tetap harus pindah. Tempat usahanya di dekat Universitas Sahid kena gusur lantaran mau dibangun pompa bensin.

Tebet sebenarnya bukan pilihan yang baik. "Belum banyak orang buka usaha di sana. Waktu itu cuma ada gorengan, warung rokok, gerobak mi, dan tukang ojek," kata Mono, panggilan akrab Agus Pramono.

Ia pun mengubah nama Ayam Bakar Kalasan. Awalnya, ia memakai nama itu karena ikut-ikutan. "Kan ketika itu banyak usaha pakai nama Ayam Bakar Kalasan," ujar Mono. Beberapa pembelinya menyarankan memakai nama Ayam Bakar Kampus Sahid atau Ayam Bakar Jalan Soepomo.

Namun, Mono punya nama lain. "Saya pakai nama saya saja. Ayam bakar Mas Agus enggak luwes, Mas Pram enggak enak sebutnya, ayam bakar Mas Mono sajalah. Nama desa, rezeki kota," katanya. Ia lantas mematenkan nama Ayam Bakar Mas Mono pada 2007.

Sebelum pindah ke Tebet, Mono memberi tahu para pelanggannya. Ia tak mau kehilangan pelanggan. Rupanya, tak hanya pelanggan yang pergi ke Tebet mencari Mono. Pembeli berwajah baru juga datang berduyun-duyun. "Ramai sekali. Orang makan harus antre. Kadang pembeli sudah mengantre tetapi batal karena tidak tahan antrean panjang," ungkap Mono.

Antrean pembeli mengular karena tempat jualan yang cuma seluas 4 meter  x 2 meter dengan satu meja utuh dan setengah meja menempel di dinding. Belum lagi cooler dan tempat membakar ayam terpasang di dalamnya. Sampai-sampai Mono harus membuat kartu nomor antrean dari 1 sampai 100 untuk para pembeli.

Jumlah karyawan pun tak sebanding dengan jumlah pembeli. Karyawan hanya lima orang. Padahal, Mono harus mengolah 150 ekor ayam per hari. Jumlah ini hampir dua kali lipat ketimbang saat ia berjualan di Universitas Sahid dulu.

Jumlah pembeli yang terus meningkat membuat Mono terpikir membuka cabang. "Saya tidak tega orang makan harus antre. Desak-desakan, kadang harus berantem. Semua pembeli, kan, minta didahulukan," tuturnya.

Pada 2005, ia membuka cabang di Jalan Tebet Timur. Ia mengalihkan para pembeli yang mengantre di Tebet Raya ke cabang. Ia pun memperluas warung di Tebet Raya. Mono menata lokasi berukuran sekitar 5 meter x 5 meter sebagai tempat makan. Di belakangnya terdapat dapur dan ruang perlengkapan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com