Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gurihnya Bisnis Keripik Tahu Magelang

Kompas.com - 14/03/2011, 02:54 WIB

MAGELANG, KOMPAS.com — Karyadi adalah sosok sederhana. Ia berkacamata minus. Ia lebih sering bercelana pendek, bahkan ketika ada tamu ke rumah kontrakan yang dijadikan gudang untuk produknya.

Namun, juragan keripik tahu itu sekarang tiap hari akrab dengan laptop dan printer. Peralatan itulah yang digunakan untuk penunjang pekerjaannya selama ini.

"Tamu mau pesan keripik tahu," begitu ujar pria bernama lengkap Karyadi (38), warga Kampung Trunan, Kota Magelang, Jawa Tengah, ini.

Menerima tamu yang memesan produknya sekarang menjadi kesibukan sehari-hari bapak dua anak ini. Setiap hari selalu ada konsumen yang memesan. Kini, hampir di seluruh tempat yang menjual oleh-oleh di Pulau Jawa ada keripik tahu buatannya.

Keadaan tersebut berbanding terbalik dengan ketika awal dia merintis usaha ini. Keripik yang diberi nama dari gabungan nama dirinya dan istrinya, Yuli Siswanti-Karyadi (Yuka) ini mulai dirintisnya sejak Oktober 2004.  

Karyadi dan keluarganya tinggal di Kampung Trunan, asal istrinya. Kampung ini terkenal dengan sentra produksi tahunya. Namun, karena pengolahan dan pemasarannya masih dilakukan tradisional, tahu produksi kampung tersebut tidak begitu dikenal di luar daerah.

Tahu buatan mereka hanya dijual di Pasar Gotong Royong, beberapa meter dari kampung tersebut. Daya tahan tahu ini menjadikan salah satu alasan mereka tidak memasarkan produk mereka ke luar daerah.

"Tahu biasanya hanya bertahan selama dua hari, jarak menjadi salah satu pertimbangan untuk pemasarannya," ujarnya.

Setelah memperlajari seluk-beluk tahu, ia mencoba bereksperimen. Ketika itu, ia habiskan gaji dari sebuah persewaan komputer untuk melakukan uji coba. Selama delapan bulan ia survei di pasar tradisional.

"Saya keluar masuk pasar, melakukan survei sendiri," kata Karyadi. Baru pada bulan ke-13, ia menemukan formula yang cocok. Tahu dibentuk bulat, digoreng, kemudian dipotong dan digoreng lagi dengan bumbu hingga menjadi keripik.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com