Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bosan Jadi Pegawai, Tommy Sukses Main Rempah

Kompas.com - 16/03/2011, 11:09 WIB

KOMPAS.com — Bosan menjadi penjual mobil, Tommy Sutomo bertekad membuka bisnis sendiri. Setelah beberapa kali gagal, akhirnya ia mantap menggeluti bisnis komoditas. Kini ia rutin memasok rempah-rempah ke berbagai perusahaan di dalam negeri.

Kesuksesan akan datang ketika orang berusaha keras dan pantang menyerah. Tommy Sutomo, pemilik PT Semesta Alam Petro, kenyang dengan pengalaman jatuh-bangun membangun bisnis. Namun, setiap kali gagal ia berhasil bangkit. Kini, ia bisa menikmati buah dari semua usaha kerasnya itu.

Saat ini, Tommy, sarjana sastra lulusan Universitas Diponegoro, sukses menjadi pemasok pelbagai produk rempah ke sejumlah perusahaan obat dan makanan minuman. PT Sido Muncul, Grup Orang Tua, dan Grup Mustika Ratu secara rutin membeli rempah dari Tommy. Ia juga mengekspor ke beberapa negara. Dengan jangkauan pasar seluas itu, omzet usahanya mencapai Rp 500 juta per bulan.

Untuk meraih sukses seperti sekarang, Tommy harus berjuang. Sejak kecil, sebagai anak keempat dari tujuh bersaudara, ia sudah terbiasa hidup prihatin. Maklum, gaji ayah ibunya sebagai pegawai negeri sipil di Blora, Jawa Tengah, selalu habis untuk biaya sekolah anak-anak. Orangtuanya bertekad menyekolahkan semua anaknya sampai meraih gelar sarjana.

Alhasil, Tommy kecil hidup pas-pasan. Ia dan saudaranya hanya memiliki sepasang seragam dan sepatu sekolah. Mereka terbiasa makan tiwul lantaran tak ada cukup duit buat membeli beras. Lauk pauk yang paling istimewa adalah telur ceplok yang dibagi empat.

Meski tergolong anak nakal, Tommy kecil cukup pintar. Ia selalu meraih peringkat pertama saat di sekolah dasar. Ia juga mulus masuk ke SMP dan SMA. Selulus SMA, Tommy berhasil masuk universitas negeri lantaran prestasi belajarnya.

Nah, sembari kuliah di Semarang, pria yang baru saja berulang tahun pada 11 Maret lalu ini rajin mencari tambahan uang saku dengan berjualan gorengan. “Saya membeli sendiri tahu dan pisang ke pasar, membuat bumbu, dan jualan gorengan di dekat kampus,” kenang Tommy. Ia juga melayani order terjemahan ke bahasa Inggris dan membantu pembuatan skripsi.

Meski telah menjalani rupa-rupa kerja sejak kuliah, Tommy baru menggeluti pekerjaan sesungguhnya selepas lulus kuliah tahun 1990. Ia mendapat kesempatan bekerja sebagai tenaga penjual Grup Astra International. Targetnya adalah menjual mobil Daihatsu sebanyak-banyaknya. “Orang miskin dari kampung kok disuruh jualan mobil,” kenangnya sambil tergelak.

Bosan jadi pegawai

Toh, Tommy tak menyerah. Bahkan, ia berhasil menjaring pesanan 50 mobil dari institusi pemerintah. Berkat keuletannya, ia hanya butuh lima tahun untuk menjadi supervisor. Tak lama berselang, ia ditunjuk menjadi kepala cabang Astra International di Yogyakarta.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com