Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dipasarkan, Tahu-Tempe Ramah Lingkungan

Kompas.com - 07/04/2011, 20:14 WIB

BOGOR, KOMPAS.com — Tahu dan tempe berlabel higienis dan ramah lingkungan segera beredar di pasaran Jakarta dan sekitarnya. Adalah Primkopti, dibantu Mercy Corps Indonesia, yang akan memperkenalkan tahu dan tempe tersebut pada 12 April mendatang.

Bersamaan dengan itu, dilaksanakan juga kegiatan diskusi terbuka bertema "Peran Serta Primkopti dan Aplikasi Pola Pelayanan Satu Atap sebagai Strategi Menjawab Tantangan Perbaikan Produksi Tahu Tempe". Saat ini diperkirakan industri rumahan tahu dan tempe menghasilkan pendapatan Rp 700 miliar per tahun atau 78 juta dollar AS per tahun.  

Fitria Rinawati, koordinator komunikasi Mercy Corps Indonesia, menjelaskan, produk tahu dan tempe bermerek saat ini sudah ada di pasaran. Namun, belum bisa dipastikan apakah tahu dan tempe itu sudah diproses secara higienis dan ramah lingkungan.  

"Kami berencana akan memperkenalkan kepada masyarakat tahu dan tempe yang diproduksinya higienis dan ramah lingkungan pada 12 April mendatang di kantor Primkopti di Jakarta Selatan," kata Fitria yang dihubungi per telepon, Kamis (7/4/2011) petang.  

Ia menjelaskan, yang dimaksud higienis adalah tahu dan tempe tersebut pembuatanya melalui proses yang higienis, sesuai dengan kaidah kesehatan dan keamanan untuk konsumen, mulai dari pemilihan bahan baku, kacang kedelai, sampai proses pembukusan tahu dan tempenya. Sebagai contoh, dipastikan perajin tempe dan tahu yang produknya diberi merek dan direkomendasi Primkopti tersebut sudah tidak menggunakan lagi drum-drum bekas oli untuk merebus kedelainya. Selain tidak higienis, penggunaan drum bekas oli itu juga cepat rusak karena mudah berkarat.  

Sedangkan yang dimaksud ramah lingkungan, lanjutnya, antara lain perajinnya tidak lagi menggunakan kayu sebagai bahan bakar dalam merebus kacang kedelainya, melainkan menggunakan gas. "Berdasarkan hitung-hitungannya, terbukti juga menggunakan gas, biaya produksinya menjadi lebih murah dibanding kalau perajin itu mengunakan kayu atau batang pohon," kata Fitria.  

Ramah lingkungan lainnya, limbah bekas proses pembuatan tahu tidak lagi dibuang ke saluran air atau ditumpuk begitu sehingga menimbulkan pencemaran lingkungan atau udara. Limbah bekas proses pembuatan tahu itu diubah menjadi biogas, yang digunakan kembali untuk proses perebusan atau pemasakan kedelai.  

"Mungkin karena kapasitas produksinya masih kecil, limbahnya tidak cukup menghasilkan biogas yang dapat digunakan kegiatan usahanya. Tetapi paling tidak, biogas itu dapat digunakan untuk keperluan memasak sehari-hari keluarga perajin tersebut," jelas Fitria.  

Adapun Mercy Corps Indonesia melakukan intervensi pada masalah tahu dan tempe karena melihat hampir seluruh perajin tahu dan tempe, khususnya di Jakarta, belum higienis dalam memproduksi pangan yang dikonsumsi secara luas di Indonesia. Tahu dan tempe pun mengandung tinggi nutrisi dan protein, harga murah, dan enak rasanya.  

"Pada saat yang sama, tahu dan tempe telah menjadi rantai ekonomis yang menjadi kunci bagi perekonomian lokal, sebagai sumber pengahasilan dari 85.000 perajin dengan 285.000 pekerja (di mana 40-50 persennya adalah perempuan) dan menghasilkan pendapatan sekitar Rp 700 miliar per tahun atau 78 juta dollar AS per tahun," tutur Fitria.  

Mercy Corps adalah organisasi yang memfokuskan membantu di tempat-tempat sulit di dunia dengan meringankan penderitaan, kemiskinan, dan tekanan dengan mengubah krisis menjadi kesempatan membangun masyarakat yang aman, produktif, dan adil. Kantor pusatnya ada di Portland, Amerika Serikat, dan Edinburgh, Inggris, dengan kantor perwakilan ada di 40 negara, termasuk di Indonesia, tepatnya di Pancoran, Jakarta Selatan. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com