Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

120 Miliar Dollar AS Belum Aman

Kompas.com - 11/04/2011, 03:32 WIB

Nusa Dua, Kompas - Kumpulan dana senilai 120 miliar dollar AS yang dijadikan sebagai tambahan cadangan devisa atau pertahanan lapis kedua bagi 13 negara, yakni sepuluh anggota ASEAN plus Korea Selatan, Jepang, dan China, tidak cukup untuk melindungi dari krisis keuangan.

Cadangan ini perlu ditingkatkan menjadi dua kali lipat atau menjadi 240 miliar dollar AS (sekitar Rp 2.076 triliun) agar negara yang mengalami tekanan pada neraca pembayaran dapat terlindungi maksimal.

”Dua minggu lalu, saya dan para ahli dari negara-negara ASEAN Plus Tiga Negara diundang ke Seoul (Korea Selatan). Para ahli sepakat agar dana cadangan itu ditambah, minimal dua kali lipat. Karena dana CMIM (Inisiatif Chiang Mai yang Dimultilateralkan sebesar 120 miliar dollar AS) itu sama sekali tidak memadai,” ungkap Anggito Abimanyu, ekonom Universitas Gadjah Mada sekaligus Mantan Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Sabtu (9/4).

Sepuluh anggota Asosiasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN), termasuk Indonesia, plus Korea Selatan, Jepang, dan China telah menyepakati CMIM. CMIM ini mempertegas adanya komitmen dari ke-13 negara untuk menghimpun dana yang dapat digunakan sebagai cadangan devisa tambahan jika ada salah satu anggotanya yang mengalami kesulitan neraca pembayaran.

Dalam Pertemuan Ke-15 Menteri-menteri Keuangan ASEAN (AFMM) di Nusa Dua, Bali, pekan lalu, dibentuk Kantor Riset Ekonomi Makro ASEAN Plus Tiga Negara (AMRO/ASEAN Plus Three Macroeconomic Researh Office). AMRO akan melakukan pengawasan dan penilaian serta rekomendasi pencairan 120 miliar dollar AS itu.

Meskipun sudah memiliki AMRO, negara-negara ASEAN Plus Tiga Negara ini belum dapat melepaskan diri dari Dana Moneter Internasional (IMF), satu-satunya lembaga di dunia yang melakukan pengawasan dan penilaian ekonomi makro saat ini.

Menurut Anggito, dalam forum para ahli di Seoul itu, dirinya merekomendasikan agar keterkaitan dengan IMF dihilangkan. Itu perlu karena AMRO tidak serta-merta menggantikan IMF.

”Untuk kondisi hari-hari ini, keberadaan AMRO memang tidak relevan karena yang terjadi adalah modal masuk ke ASEAN. Sedangkan CMIM dan AMRO akan digunakan ketika terjadi modal keluar jangka pendek. Namun, cadangan 120 miliar dollar AS tetap tidak cukup untuk pencegahan krisis,” kata Anggito.

Sebelumnya, dana cadangan CMIM ini hanya 84 miliar dollar AS, kemudian dinaikkan menjadi 120 miliar dollar AS. Tambahan cadangan devisa yang bisa diminta Indonesia dari kesepakatan ini meningkat jadi 13,68 miliar dollar AS, dari sebelumnya sebesar 9,979 miliar dollar AS.

Dengan demikian, total cadangan devisa siaga yang bisa mengamankan rupiah sudah 31,68 miliar dollar AS, yakni dari BSA (kesepakatan tukar menukar cadangan devisa secara bilateral) sebesar 18 miliar dollar AS, dan ASEAN + 3 sebesar 13,68 miliar dollar AS. Ini belum memperhitungkan cadangan devisa yang saat ini dikelola Bank Indonesia sebesar 105,79 miliar dollar AS, yang dianggap sebagai pertahanan pertama terhadap krisis keuangan. (OIN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com