Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peluang Nilai Tukar

Kompas.com - 16/04/2011, 03:21 WIB

Data Bank Indonesia menunjukkan cadangan devisa mencapai 105,7 miliar dollar AS. Sebuah rekor sejarah. Itu pertahanan lapis pertama keuangan republik ini dari serangan krisis global yang mungkin terulang, seperti kekisruhan moneter tahun 1997-1998 dan 2008.

Namun, dengan adanya perjanjian pertukaran cadangan devisa antarnegara (bilateral swap agreement/BSA) dan juga pertukaran sejenis dengan beragam negara dalam perjanjian multilateral, sebenarnya Indonesia sudah memiliki pertahanan lapis kedua. BSA menyediakan tambahan cadangan devisa sebesar 18 miliar dollar AS. Adapun pertukaran multilateral dari kesepakatan Ciang Mai Initiative yang dimultilateralisasi (CMIM) antara ASEAN plus Jepang, Korea Selatan, dan China mencapai 13,68 miliar dollar AS.

Jadi, total pertahanan Indonesia saat ini mencapai 137,38 miliar dollar AS. Hal itu belum termasuk cadangan devisa yang bisa diperoleh dari Dana Moneter Internasional (IMF). Namun, IMF menjadi sumber cadangan devisa alternatif yang dihindari oleh sebagian besar negara-negara ASEAN pasca-krisis moneter 1997-1998. Negara-negara di Asia Tenggara trauma terhadap IMF.

Cadangan devisa tergolong asumsi ekonomi yang tidak terlalu populer di tengah masyarakat lapisan menengah ke bawah. Contoh terbaik penggunaan cadangan devisa terhadap ekonomi nasional adalah China. Negara ini punya cadangan devisa sangat besar, sekitar 2,8 triliun dollar AS per Januari 2011, sehingga ruang mengelola nilai tukar yuan pun sangat luas.

Ditekan oleh semua negara maju pun untuk menguatkan yuan, Pemerintah China bergeming. Sikap itu dilakukan untuk melindungi industrinya yang berbasis ekspor. Semakin lemah yuan, semakin murah barang-barang China.

Situasi yang sama dialami juga oleh Indonesia dan China. Neraca perdagangan Indonesia masih defisit terhadap China. Per akhir 2010, barang Indonesia yang diekspor ke China mencapai 49,2 miliar dollar AS. Barang China yang diekspor ke Indonesia 52 miliar dollar AS. Neraca perdagangan Indonesia defisit 2,8 miliar dollar AS. Ini catatan China. Dari catatan Indonesia, defisit mencapai 5 miliar-7 miliar dollar AS.

Kondisi ini diperparah kecenderungan yuan melemah atas rupiah. Akibatnya, barang sejenis yang diproduksi Indonesia kalah saing dari segi harga jualnya. Per 26 Desember 2010, yuan setara Rp 1.359,34. Namun, per 3 April 2011 yuan melemah ke level Rp 1.325,58. Melemah 2,48 persen.

Kondisi nilai tukar rupiah terhadap yuan seperti itu membuat barang produksi Indonesia tidak akan sanggup bersaing bahkan di pasar sendiri. Namun, belum terdengar langkah-langkah moneter yang bisa dilakukan Bank Indonesia untuk sedikit membantu perang perdagangan RI dan China ini.

Cadangan devisa dalam dollar AS yang relatif besar, penguatan rupiah atas dollar AS, dan dollar AS yang cenderung menguat terhadap yuan sebenarnya dapat dimanfaatkan untuk memengaruhi nilai tukar yuan terhadap rupiah. Hal itu dengan menggunakan mekanisme sederhana, yakni arbitrase segitiga (triangular arbitrage).

Mekanisme yang lazim digunakan di pasar nilai tukar asing ini dapat membuka peluang agar yuan sedikit menguat terhadap rupiah. Memang aliran devisa dari dan ke China sangat rigid, tetapi langkah ini bisa dicoba untuk sedikit mengurangi beban para pengusaha kita yang berhadapan langsung dengan barang China yang supermurah. (Orin Basuki)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com