Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Medco Tambah Stasiun Gas

Kompas.com - 19/04/2011, 05:09 WIB

Jakarta, Kompas - PT Medco Energy EP berencana memperluas jaringan stasiun pengisian bahan bakar gas, terutama untuk kawasan terminal, bandar udara, dan stasiun kereta api di Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta dan sekitarnya.

Pihak manajemen perusahaan tambang yang berlokasi di Sumatera Selatan ini memutuskan penambahan dana investasi di sektor distribusi dan pemasaran dengan mempertimbangkan faktor pertambahan sumur produksi gas yang berimplikasi terhadap peningkatan volume produksi. Selain itu, peningkatan konsumsi bahan bakar gas (BBG) juga akibat makin beragamnya moda transportasi yang menggunakan gas tersebut.

Demikian disampaikan Direktur Utama PT Medco E&P Budi Basuki di sela-sela kegiatan temu media massa bertema ”Lebih Dekat dan Akrab dalam Penggunaan CNG atau Bahan Bakar Gas” di Gedung Energi, Jakarta, Senin (18/4).

Berdasarkan data PT Medco E&P, selama tahun 2010, perusahaan dalam negeri ini mampu memproduksi minyak mentah sebesar 29.401,4 barrel minyak per hari (barrels of oil per day/BOPD), sedangkan untuk gas 160,74 juta standar kubik per hari (million metric standard cubic feet per day/MMSCFD) pada kuartal pertama 2011.

”Setiap tahun, Medco rata-rata mampu mengalokasikan bahan bakar gas rata-rata 10 MMSCFD. Kami yakin bisa mencapai target peningkatan hingga 15-20 MMSCFD karena saat ini moda transportasi BBG semakin beragam,,” katanya.

Meningkat

Selama April 2011, produksi minyak mentah ditetapkan 30.000 BOPD, sementara gas sebesar 20 MMSCFD. Dalam waktu dekat ini akan ada tambahan produksi gas sebesar 20 MMSCFD.

Penambahan suplai gas ini seiring dengan pembangunan stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) di Lapangan Singa (Sumatera Selatan), Bandara Soekarno-Hatta, dan sejumlah tempat di pusat pemerintahan ataupun bisnis Jakarta.

Pengamat energi dari Reforminer Institute, Priagung Rahmanto, menyarankan agar perusahaan-perusahaan minyak, termasuk PT Medco, mampu menunggu kebijakan dengan sabar. Selain itu, pemerintah juga perlu memberikan insentif dan jaminan kepastian pasokan gas.

”Ini penting agar penggunaan BBG bisa semakin berkembang dan mudah diperoleh. Karena itu, insentif ini diperlukan sebab lebih penting dibandingkan subsidi yang dikeluarkan oleh pemerintah,” katanya.

Meskipun demikian, Priagung mengatakan, kondisi infrastruktur tetap menjadi kunci utama dalam membangun sebuah wilayah. Selain itu, penggunaan teknologi juga penting mengingat Indonesia belum memiliki teknologi perangkat agar kendaraan bermotor dapat menggunakan gas (converter kit). Untuk itu, dibutuhkan kerja sama atau partisipasi dari industri kendaraan untuk mendukung penggunaan BBG tersebut. (ONI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com