Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/04/2011, 08:24 WIB

KOMPAS.com - Ketika naik kereta api ekonomi rute Tanah Abang-Serpong, begitu banyak barang ditawarkan oleh pedagang kaki lima. Salah satunya adalah jeruk ponkam, jeruk impor dari China. Dengan merogoh kocek Rp 5.000 kita bisa mendapatkan tujuh jeruk ponkam. Di supermarket, jeruk tersebut biasa dijual seharga Rp 10.000-Rp 12.000 per kilogram.

Menurut Sutejo (45), salah seorang pedagang kaki lima berdagang jeruk ponkam sangat menguntungkan. Selain barangnya mudah didapat, jeruk tersebut juga disukai konsumen karena harganya lebih murah dibandingkan jeruk lokal, seperti jeruk Medan. Setiap 1 kilogram yang terjual, ia mendapatkan keuntungan sekitar Rp 4.000.

”Beda dengan jeruk lokal, jeruk ponkam asal China pasokannya ada terus, jadi tidak mengenal musim. Jeruk impor tersebut juga lebih tahan lama sehingga risiko pedagang tidak terlalu tinggi. Pasokan yang bisa diandalkan membuat kami bisa jualan terus. Kalau jeruk lokal susah, kadang ada kadang enggak,” paparnya, Senin (18/4/2011). Bagi pedagang baru, pasokan dengan mudah dicari dengan mencari distributor melalui internet.

Saat ini semakin sulit menemukan buah-buahan lokal di pasaran. Di pasar tradisional dan pasar modern semuanya dijejali dengan buah impor. Bagi masyarakat, jeruk ponkam telah menjadi produk konsumsi harian. Buah tersebut menjadi sajian wajib saat orang menggelar hajatan atau menyaji tamu. Awal Maret lalu, saat Kompas diajak melakukan kunjungan survei pasar tradisional bersama Menteri Perdagangan di sejumlah daerah di Jawa Tengah, jeruk ponkam pun selalu hadir. Begitu tiba di rumah dinas bupati Purworejo, jeruk ponkam juga tersedia menyambut.

Jeruk berwarna oranye itu pun ditemui saat berada di rumah dinas Wali Kota Solo, rumah dinas Bupati Klaten, dan kalangan perajin baja di Ceper, Klaten. Jeruk ponkam bahkan menjadi sajian saat Menteri Perdagangan berkunjung langsung ke Pasar Cokro Kembang yang reyot, kumuh, dan becek. Padahal, sepanjang acara kunjungan, menteri selalu menyerukan agar mencintai produk dalam negeri. Ini sungguh ironis. Saat pemerintah gencar mengampanyekan gerakan mencintai produk lokal, masyarakat justru terlena dengan produk impor.

Jeruk ponkam hanyalah salah satu buah yang diimpor dari China. Masih ada jenis buah lainnya, seperti apel Fuji, dan pir Shandong. Sejak diberlakukan perdagangan bebas ASEAN-China, impor buah-buahan dari China terus melonjak.

Sepanjang tahun 2010, Kementerian Pertanian merilis defisit perdagangan buah-buahan mencapai 600 juta dollar AS. Padahal, tahun 2009, impor buah dari China baru mencapai 390 juta dollar AS.

Menurut Menteri Pertanian, Suswono perdagangan sektor hortikultura selalu defisit dengan China. Namun, kondisi tahun 2010 adalah terparah sepanjang sejarah. Jika tidak ada solusi konkret, kondisinya akan semakin parah.

Faktor harga menjadi kendala utama buah lokal untuk bisa bersaing dengan buah impor. Misalnya saja, jeruk Pontianak dijual seharga Rp 20.000. Sayangnya, tingginya harga tersebut juga tidak dinikmati petani. Harga yang tinggi itu lebih disebabkan membengkaknya biaya pengangkutan. Jeruk Pontianak di tingkat petani hanya dihargai Rp 3.000-Rp 4.000 per kilogram.

Adalah tugas pemerintah untuk menyediakan sarana infrastruktur yang memadai sehingga biaya pengangkutan bisa dipangkas. Tak hanya itu, kita juga menunggu realisasi konsep pasar tani, yang bertujuan mendekatkan sentra produksi dengan konsumen.

Inovasi teknologi buah-buahan juga perlu dibenahi supaya bisa menghasilkan buah dengan kualitas melebihi buah impor. Dari berbagai acara festival jeruk nasional, jenis jeruk keprok Indonesia, seperti keprok Batu 55, Garut, Soe, Berasitepu, Sioumpu, dan lainnya berpotensi dan berkemampuan bersaing dengan jeruk impor.

Tak hanya perbaikan aspek lokal, tetapi pemerintah juga harus memerhatikan aspek perlindungan. Desakan agar kesepakatan ACFTA ditinjau ulang sebaiknya dipertimbangkan. Sayangnya, sampai saat ini pemerintah tetap bersikukuh akan menyelesaikan ketimpangan perdagangan dengan China, lewat protokol bilateral saja.

Apakah mekanisme tersebut bisa mereduksi serbuan jeruk ponkam? Kita lihat saja nanti. (ENY PRIHTIYANI)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada Gejolak Global, Erick Thohir Telepon Direksi BUMN, Minta Susun Strategi

Ada Gejolak Global, Erick Thohir Telepon Direksi BUMN, Minta Susun Strategi

Whats New
Inflasi Medis Kerek Harga Premi Asuransi Kesehatan hingga 20 Persen

Inflasi Medis Kerek Harga Premi Asuransi Kesehatan hingga 20 Persen

Whats New
Pemerintah Perlu Tinjau Ulang Anggaran Belanja di Tengah Konflik Iran-Israel

Pemerintah Perlu Tinjau Ulang Anggaran Belanja di Tengah Konflik Iran-Israel

Whats New
Ekspor Batik Aromaterapi Tingkatkan Kesejahteraan Perajin Perempuan Madura

Ekspor Batik Aromaterapi Tingkatkan Kesejahteraan Perajin Perempuan Madura

Whats New
Hadiri Halalbihalal Kementan, Mentan Amran: Kami Cinta Pertanian Indonesia

Hadiri Halalbihalal Kementan, Mentan Amran: Kami Cinta Pertanian Indonesia

Whats New
Pasar Modal adalah Apa? Ini Pengertian, Fungsi, dan Jenisnya

Pasar Modal adalah Apa? Ini Pengertian, Fungsi, dan Jenisnya

Work Smart
Syarat Gadai BPKB Motor di Pegadaian Beserta Prosedurnya, Bisa Online

Syarat Gadai BPKB Motor di Pegadaian Beserta Prosedurnya, Bisa Online

Earn Smart
Erick Thohir Safari ke Qatar, Cari Investor Potensial untuk BSI

Erick Thohir Safari ke Qatar, Cari Investor Potensial untuk BSI

Whats New
Langkah Bijak Menghadapi Halving Bitcoin

Langkah Bijak Menghadapi Halving Bitcoin

Earn Smart
Cara Meminjam Dana KUR Pegadaian, Syarat, dan Bunganya

Cara Meminjam Dana KUR Pegadaian, Syarat, dan Bunganya

Earn Smart
Ada Konflik Iran-Israel, Penjualan Asuransi Bisa Terganggu

Ada Konflik Iran-Israel, Penjualan Asuransi Bisa Terganggu

Whats New
Masih Dibuka, Simak Syarat dan Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 66

Masih Dibuka, Simak Syarat dan Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 66

Work Smart
Tingkatkan Daya Saing, Kementan Lepas Ekspor Komoditas Perkebunan ke Pasar Asia dan Eropa

Tingkatkan Daya Saing, Kementan Lepas Ekspor Komoditas Perkebunan ke Pasar Asia dan Eropa

Whats New
IHSG Turun 2,74 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Saham Rp 11.718 Triliun

IHSG Turun 2,74 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Saham Rp 11.718 Triliun

Whats New
Pelita Air Catat Ketepatan Waktu Terbang 95 Persen pada Periode Libur Lebaran

Pelita Air Catat Ketepatan Waktu Terbang 95 Persen pada Periode Libur Lebaran

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com