Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jimmy dan Batik Papua

Kompas.com - 25/04/2011, 08:50 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Usaha batik tidak lagi melulu diproduksi di Jawa, Papua pun sudah mulai merambah produk yang telah dipatenkan oleh Unesco ini. Salah satunya melalui kerajinan Batik Port Numbay, dengan Jimmy Hendrick Afaar menjadi salah satu pengusahanya. "Di Jayapura telah menjadi sentral dari Batik Port Numbay," tutur Jimmy kepada Kompas.com, di Jakarta, akhir pekan lalu.

Menurut pria yang memulai usaha batik pada 21 April 2007 ini, batik memang telah banyak diproduksi di Papua, namun batik Port Numbay, yang merupakan nama lain dari Kota Jayapura, memiliki standarisasi tersendiri. "Sebelum batik, dari tahun 1980 sampai 2006, saya bergabung dengan kelompok desainer," ungkap Jimmy yang sempat berguru batik di Pekalongan ini.

Untuk menjaga mutu produknya, Jimmy pun tak segan-segan mendatangkan pelatih dari Jawa, khususnya Yogyakarta, untuk mentraining para pekerjanya. Ia juga mengirimkan para pekerjanya ke Jawa. "Pelatihnya didatangkan dari balai pelatihan batik di Jogja," sebut pria yang sampai sekarang telah mempunyai 15 karyawan itu.

Karyawan lak-laki mengerjakan batik cap sedangkan perempuan menggarap batik tulis yang memang membutuhkan ketelitian dalam pengerjaannya. Dari 15 karyawannya itu, tiap bulan produksi batik Jimmy mencapai 2.000 potong batik cap dan 16 potong batik tulis berbahan sutra dan katun .

Dengan harga antara Rp 200.000 sampai Rp 2,25 juta per potong, omzet Jimmy yang pada awalnya hanya bisa memproduksi 16 potong kain ini, sekarang sudah mencapai Rp 20 juta per bulan, belum termasuk pesanan untuk seragam kawinan.  Batik produknya pun sudah mencapai Surabaya dan Jakarta.

Jimmy yang menurut pengakuannya pernah bergabung dengan desainer Poppy Dharsono ini, lebih memilih batik berbahan dasar katun ketimbang sutra, mengingat iklim di Papua yang panas. Sedangkan sutra ditujukan bagi konsumen yang berkantong lebih. "Saya jarang buat sutra, lebih banyak katun," sebutnya, yang menjelaskan proses pengerjaan bahan sutra dapat memakan waktu 3 bulan.

Lebih dari sekedar usaha, melalui batik buatannya Jimmy mengaku bisa memberitakan tentang keindahan alam, pariwisata hingga budaya Papua. "Setiap orang yang memakai batik saya itu, setidak-tidaknya dia tahu tentang budayanya, dia tahu tentang pariwisatanya (Papua)," ungkapnya.

Ia menjelaskan motif batiknya bisa berupa sejumlah jenis daun, dengan maksud sebagai pengingat bagi pemakai batik, guna daun tersebut dalam pengobatan.

Untuk memperkenalkan produknya, Jimmy mengikuti berbagai pameran. Berkat pameran pula ia diundang oleh perancang Italia berkunjung ke negeri Pizza itu pada blan Juni mendatang.

Serupa dengan pengusaha lainnya, Jimmy pun menghadapi kendala permodalan untuk pengembangan usaha batiknya. "Belum ada "Bapak Angkat," seperti sejumlah BUMN,untuk membantu ukm-ukm di Papua," sebutnya. Sehingga sejauh ini, ia menjalankan usahanya sendiri, dibantu dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan setempat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Laba Bersih PTBA Turun 51,2 Persen Menjadi Rp 5,2 Triliun pada 2023

Laba Bersih PTBA Turun 51,2 Persen Menjadi Rp 5,2 Triliun pada 2023

Whats New
PTBA Bakal Tebar Dividen Rp 4,6 Triliun dari Laba Bersih 2023

PTBA Bakal Tebar Dividen Rp 4,6 Triliun dari Laba Bersih 2023

Whats New
Bos BI: Kenaikan Suku Bunga Berhasil Menarik Modal Asing ke Pasar Keuangan RI

Bos BI: Kenaikan Suku Bunga Berhasil Menarik Modal Asing ke Pasar Keuangan RI

Whats New
Saat Persoalan Keuangan Indofarma Bakal Berujung Pelaporan ke Kejagung

Saat Persoalan Keuangan Indofarma Bakal Berujung Pelaporan ke Kejagung

Whats New
Luhut Perkirakan Pembangunan Bandara VVIP IKN Rampung Tahun Depan

Luhut Perkirakan Pembangunan Bandara VVIP IKN Rampung Tahun Depan

Whats New
5 Hal di CV yang Bikin Kandidat Tampak Lemah di Mata HRD, Apa Saja?

5 Hal di CV yang Bikin Kandidat Tampak Lemah di Mata HRD, Apa Saja?

Work Smart
Cegah Persaingan Usaha Tidak Sehat, KPPU Tingkatkan Kerja Sama dengan Bea Cukai

Cegah Persaingan Usaha Tidak Sehat, KPPU Tingkatkan Kerja Sama dengan Bea Cukai

Whats New
Pelepasan Lampion Waisak, InJourney Targetkan 50.000 Pengunjung di Candi Borobudur

Pelepasan Lampion Waisak, InJourney Targetkan 50.000 Pengunjung di Candi Borobudur

Whats New
Didukung Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Masih Menjanjikan

Didukung Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Masih Menjanjikan

Whats New
Bangun Smelter Nikel Berkapasitas 7,5 Ton, MMP Targetkan Selesai dalam 15 Bulan

Bangun Smelter Nikel Berkapasitas 7,5 Ton, MMP Targetkan Selesai dalam 15 Bulan

Whats New
Gelar RUPS, Antam Umumkan Direksi Baru

Gelar RUPS, Antam Umumkan Direksi Baru

Whats New
Siap-siap, Antam Bakal Tebar Dividen 100 Persen dari Laba Bersih 2023

Siap-siap, Antam Bakal Tebar Dividen 100 Persen dari Laba Bersih 2023

Whats New
Berkomitmen Sediakan Layanan Digital One-Stop Solution, Indonet Resmikan EDGE2

Berkomitmen Sediakan Layanan Digital One-Stop Solution, Indonet Resmikan EDGE2

Whats New
Libur Panjang, KCIC Siapkan 28.000 Tempat Duduk Kereta Cepat Whoosh

Libur Panjang, KCIC Siapkan 28.000 Tempat Duduk Kereta Cepat Whoosh

Whats New
Emiten Penyedia Infrastruktur Digital EDGE Raup Laba Bersih Rp 253,6 Miliar pada 2023

Emiten Penyedia Infrastruktur Digital EDGE Raup Laba Bersih Rp 253,6 Miliar pada 2023

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com