Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rupiah Terkuat dalam 7 Tahun

Kompas.com - 29/04/2011, 07:41 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Persepsi negatif pasar global terhadap mata uang AS telah memengaruhi penguatan rupiah, Kamis (28/4/2011). Tren penguatan ini diperkirakan masih berlangsung hingga pertengahan tahun. Nilai tukar rupiah, kemarin, merupakan nilai tukar tertinggi dalam tujuh tahun.

Pada penutupan perdagangan, kemarin, berdasarkan kurs tengah BI, rupiah ditutup menguat ke level Rp 8.593 per dollar AS, menguat dari posisi sebelumnya, Rp 8.625.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia juga naik tipis, 3,998 poin atau sekitar 0,11 persen menjadi 3.808,92. Hal ini merupakan rekor baru bagi IHSG.

Sejumlah pengamat melihat, pertemuan The Federal Open Market Commitee (FOMC) di AS, yang mengambil keputusan Bank Sentral AS tetap mempertahankan pelonggaran moneter, menjadi pemicu utama pelemahan dollar AS.

Tren penguatan pun terjadi pada sejumlah mata uang. Euro, misalnya, menguat di level 1,484 per dollar AS, poundsterling di level 1,668 per dollar AS, dan dollar Australia menguat 1,092 per dollar AS. ”Penguatan rupiah akan terjadi bertahap untuk jangka menengah, paling tidak sampai pertengahan tahun ini. Di level support bisa mencapai Rp 8.450 per dollar AS. Arah kebijakan Pemerintah AS paling menentukan,” kata pengamat pasar uang, Radityo Setyo Wibowo.

Sementara itu, Deputi Gubernur Bank Indonesia Budi Mulya, dalam sebuah seminar, mengatakan, kondisi pasar keuangan Indonesia saat ini belum memadai. Pasar belum siap menghadapi masuknya modal asing secara besar-besaran. Jika pasar keuangan yang meliputi pasar uang, pasar modal, dan pasar saham ini tak siap, maka modal asing yang mengalir deras akan mengakibatkan destabilisasi pasar.

”Bank Indonesia dan pemerintah terus menyiapkan hal itu dengan baik. BI di antaranya berusaha menggeser agar instrumen dalam jangka waktu pendek bergeser menjadi menengah atau panjang,” kata Budi.

Kalangan pengusaha mendesak pemerintah segera mengintervesi nilai tukar rupiah. Pasalnya, penguatan rupiah secara berkelanjutan telah merugikan kalangan eksportir dan memacu aksi impor berlebihan. ”Pengusaha resah karena kontrak dagang dilakukan saat rupiah di level Rp 9.000 ke atas,” kata Ketua Asmindo Ambar Tjahyono. (BEN/IDR/ENY)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com