Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terminal Jangari yang Selalu Sibuk

Kompas.com - 29/04/2011, 21:46 WIB

CIANJUR, KOMPAS.com - Aktivitas perikanan di Jangari, Desa Bobojong, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat seolah terus mengalir layaknya Sungai Citarum yang menggenangi Waduk Cirata itu. Bagi saudagar ikan air tawar, nama Waduk Cirata dan Jangari sudah tersohor sampai ke Pulau Sumatera, dan ujung timur Pulau Jawa.

Rata-rata produksi ikan air tawar dari waduk ini mencapai 1.000 ton setiap bulannya. Hasil waduk itu dikirimkan ke berbagai kota di Indonesia, dan tentu saja juga memenuhi kebutuhan ikan di Jabar.

Produksi bisa demikian besar karena waduk ini dipenuhi tak kurang dari 70.000 unit jaring apung. Nyaris seluruh pemilik jaring apung memanfaatkan Terminal Jangari sebagai tempat transit ikan mereka sebelum dikirim kepada pembeli.

Wahyu (41), saat ditemui pada Jumat siang di Jangari sedang membeli 20 balok es untuk mengawetkan ikan nila juragannya. Balok es sebanyak itu setelah dipecah-pecah dimasukkan ke dalam sekitar 50 tong yang masing-masing berkapasitas 60 kilogram ikan nila. Siang itu, Wahyu dan tiga rekannya sedang mempersiapkan pesanan ikan nila sebanyak 1,5 ton untuk dikirimkan ke Lampung.

"Dari sini (Jangari), es kami bawa lagi ke jaring apung pakai perahu. Dari sana baru ikan nila dimasukkan ke dalam tong yang sudah berisi es. Setelah itu baru dibawa lagi ke Jangari. Katanya sekitar jam 21.00 nanti truk pengangkut ke Lampung menunggu di sini," ujar Wahyu.

Wahyu adalah warga asli Jangari yang bekerja sebagai nahkoda perahu kayu berkapasitas 13 ton yang juga dimiliki oleh empunya jaring apung. Jika permintaan sedang banyak, Wahyu bisa pergi pulang sebanyak enam kali dalam satu hari. Untuk satu rit perjalanan, perahunya mengkonsumsi 1,5 liter solar, yang dibeli dengan harga Rp 5.000 per liter dari pengecer di tepi waduk.

Selain bertugas mengantar ikan dan membeli kebutuhan jaring apung, Wahyu dan anak buah kapalnya juga bertugas mengambil pakan ikan dari sejumlah gudang di Jangari. Kalau sudah waktunya membeli pakan, jumlahnya bisa 50 ton per hari. "Maklum, bos saya juga membawahi sekitar 200 unit jarring apung di sini. Jadi, setelah dari Jangari, pakan itu saya distribusikan ke jaring-jaring apung lainnya," ucap Wahyu.

Wisata

Aktivitas bongkar-muat barang-barang yang berhubungan dengan perikanan itu berbaur dengan kegiatan pelesiran para pelancong. Pengunjung, yang umumnya hendak memancing atau makan ikan bakar di tengah waduk juga berangkat dari Jangari. Secara keseluruhan, ada sekitar 300 kapal yang terdaftar di kantor Dinas Perhubungan setempat untuk keperluan wisata dan perikanan.

Ade (21), pengemudi kapal wisata, mengatakan, dalam satu hari setidaknya ia menempuh dua kali perjalanan pergi-pulang untuk mengantarkan wisatawan yang hendak makan ikan di tengah waduk.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com