Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cukup Rp 2 Triliun Saja, PT DI Bangkit

Kompas.com - 25/05/2011, 20:43 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Untuk kembali membangkitkan industri dirgantara nasional lewat PT Dirgantara Indonesia (PT DI), setidaknya diperlukan dana Rp 2 triliun. Hal itu dikatakan Budi Santoso, Presiden Direktur PT DI, dalam diskusi bertema "Kebangkitan Industri Dirgantara Indonesia" yang berlangsung hari Rabu (25/5/2011) di Sekertariat IA ITB, Patra Kuningan, Jakarta.

"Ke depan kami perlu dana minimal Rp 2 triliun untuk bangkit lagi. Dengan Rp 2 trilun itu, kami akan merestrukturisasi industri penerbangan. Industri penerbangan itu enggak mungkin seperti PT DI sekarang. Banyak yang mengatakan perlu sales 1 miliar dollar per tahunnya," ungkapnya kepada wartawan seusai diskusi.

Ia mengatakan, dana tersebut hanya untuk kepentingan masa depan PT DI, belum termasuk kepentingan utang sebesar Rp 3,9 triliun yang kini masih dimiliki PT DI. Tentang utang, Budi mengatakan tetap menjadi prioritas untuk diselesaikan karena, jika tidak, akan membebani nantinya sehingga membuat perusahaan sulit berkembang.

Sementara itu, mantan Direktur Utama Merpati Hotasi Nababan mengatakan, untuk membangkitkan industri dirgantara, tak perlu terlalu banyak diskusi. "Taruh saja Rp 10 triliun ke PT DI. Mumpung ini rupiah lagi tinggi. Enggak usah panjang-panjang diskusinya," cetusnya.

Menurut dia, pengembangan N 219 dan CN 235 sangat bagus untuk ditindaklanjuti. Pemerintah, kata Hotasi, mesti berpihak kepada industri dalam negeri.

Lebih lanjut, diungkapkan bahwa bisnis teknologi adalah mendidik pasar. Jika pasar tak memiliki uang, pasar harus diberikan kemudahan, seperti kredit, sehingga tercipta pasar. Hotasi mengatakan, industri penerbangan sudah seharusnya bangkit.

Kasus Merpati

Meski berkomentar banyak tentang upaya membangkitkan industri dirgantara, Hotasi masih belum mau berkomentar tentang kasus jatuhnya pesawat Merpati MA-60. "Nanti, ya, saya belum bisa bicara. Nanti ada waktunyalah, akan saya terangkan semuanya," katanya sembari berjalan menuju mobilnya.

Sementara itu, berkomentar tentang pembelian pesawat Merpati MA-60, Budi mengatakan bahwa salah satu faktornya adalah kemudahan. "Untuk beli ini, kan, pinjam di bank yang dijamin pemerintah. Kalau ada jaminannya, harganya bisa lebih murah," katanya.

Merespons pendapat bahwa CN 235 lebih baik daripada MA-60, Budi juga mengatakan bahwa pesawat tersebut punya kelas yang berbeda. Ia mengatakan, jika membeli CN 235, harganya pun hampir sama dengan MA-60, sekitar 14-15 juta dollar AS per unit.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penjelasan DHL soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Penjelasan DHL soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Stok Lampu Bisa Langka gara-gara Implementasi Permendag 36/2023

Stok Lampu Bisa Langka gara-gara Implementasi Permendag 36/2023

Whats New
IHSG Ditutup Naik 63 Poin, Rupiah Menguat di Bawah Level 16.200

IHSG Ditutup Naik 63 Poin, Rupiah Menguat di Bawah Level 16.200

Whats New
Jam Operasional Pegadaian Senin-Kamis, Jumat, dan Sabtu Terbaru

Jam Operasional Pegadaian Senin-Kamis, Jumat, dan Sabtu Terbaru

Whats New
Bos BI Optimistis Rupiah Bakal Kembali di Bawah Rp 16.000 Per Dollar AS

Bos BI Optimistis Rupiah Bakal Kembali di Bawah Rp 16.000 Per Dollar AS

Whats New
Mendag Ungkap Penyebab Harga Bawang Merah Tembus Rp 80.000 Per Kilogram

Mendag Ungkap Penyebab Harga Bawang Merah Tembus Rp 80.000 Per Kilogram

Whats New
Hadapi Tantangan Perubahan Iklim, Kementan Gencarkan Pompanisasi hingga Percepat Tanam Padi

Hadapi Tantangan Perubahan Iklim, Kementan Gencarkan Pompanisasi hingga Percepat Tanam Padi

Whats New
Panen Ganda Kelapa Sawit dan Padi Gogo, Program PSR dan Kesatria Untungkan Petani

Panen Ganda Kelapa Sawit dan Padi Gogo, Program PSR dan Kesatria Untungkan Petani

Whats New
Alasan BI Menaikkan Suku Bunga Acuan Jadi 6,25 Persen

Alasan BI Menaikkan Suku Bunga Acuan Jadi 6,25 Persen

Whats New
Cara dan Syarat Gadai Sertifikat Rumah di Pegadaian

Cara dan Syarat Gadai Sertifikat Rumah di Pegadaian

Earn Smart
Cara dan Syarat Gadai HP di Pegadaian, Plus Bunga dan Biaya Adminnya

Cara dan Syarat Gadai HP di Pegadaian, Plus Bunga dan Biaya Adminnya

Earn Smart
Peringati Hari Konsumen Nasional, Mendag Ingatkan Pengusaha Jangan Curang jika Mau Maju

Peringati Hari Konsumen Nasional, Mendag Ingatkan Pengusaha Jangan Curang jika Mau Maju

Whats New
United Tractors Bagi Dividen Rp 8,2 Triliun, Simak Jadwalnya

United Tractors Bagi Dividen Rp 8,2 Triliun, Simak Jadwalnya

Whats New
Kunjungan ke Indonesia, Tim Bola Voli Red Sparks Eksplor Jakarta bersama Bank DKI dan JXB

Kunjungan ke Indonesia, Tim Bola Voli Red Sparks Eksplor Jakarta bersama Bank DKI dan JXB

Whats New
Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, Bos BI: Untuk Memperkuat Stabilitas Rupiah

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, Bos BI: Untuk Memperkuat Stabilitas Rupiah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com