Jakarta, Kompas
”(Pembelian kembali saham) ini penting untuk menjaga ketahanan nasional, khususnya di bidang telekomunikasi,” kata Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Mustafa Abubakar di Jakarta, Rabu (25/5).
Saat ini, menurut Mustafa, pemerintah sedang berupaya membeli kembali saham (
Sebanyak 35 persen saham Telkomsel dimiliki SingTel Mobile, perusahaan telekomunikasi Singapura. Sisanya, 65 persen, dimiliki PT Telkom.
Porsi saham terbesar PT Indosat Tbk dikuasai perusahaan Qatar, Qtel Asia (65 persen), sementara publik sebesar 15,33 persen, Pemerintah Indonesia (14,29 persen), dan perusahaan investasi Norwegia, Skagen AS (5,38 persen).
Selain itu, di sektor swasta, Excelcomindo (XL Axiata), misalnya, meski dipimpin Chief Executive Officer asal Indonesia, Hasnul Suhaimi, mayoritas didanai asing.
Mayoritas saham XL dikuasai Axiata Group Berhad, Malaysia, melalui Indocel Holding Sdn Bhd (66,7 persen), Emirates Telecommunications Corporation (Etisalat) melalui Etisalat International Indonesia Ltd (13,3 persen), dan publik (20 persen).
Kinerja keuangan perusahaan telekomunikasi itu juga bagus. Sebagai contoh, Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan XL tahun 2011 menyetujui Rp 911,48 miliar dari laba 2010 sebesar Rp 2,89 triliun untuk dividen. Baru Rp 1,97 triliun untuk investasi.
”Pemberian dividen sangat wajar di dunia usaha. Namun, investasi mereka masih lebih besar dari dividen. Ingat, XL juga baru membayar dividen setelah 10 tahun investor menanamkan modal,” kata Hasnul Suhaimi.
Berdasarkan data yang ada, kartu SIM aktif pada kuartal I-2011 sekitar 243 juta. Jumlah ini telah melebihi jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 237 juta jiwa.