Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyelundupan BBM Bersubsidi Melejit

Kompas.com - 31/05/2011, 11:43 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Selisih harga yang jauh antara bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dan BBM industri kian menyemarakkan penyelundupan BBM bersubsidi. Bahkan, hitungan Komite Badan Pelaksana Kegiatan Hilir Minyak dan Gas (BPH Migas), saat ini penyelundupan BBM bersubsidi ini mencapai sekitar 10-15 persen dari penjualan BBM bersubsidi Januari-April 2011.

Empat bulan pertama tahun ini, penjualan BBM bersubsidi mencapai 12,34 juta kiloliter (kl). Jadi, minimal BBM yang diselundupkan 1,23 juta kl. Taruh kata subsidi seliter BBM Rp 2.000. Walhasil, total subsidi yang dinikmati pengguna BBM selundupan itu Rp 3,5 triliun. "Penyelundupan ini naik dari tahun lalu," ujar Adi Subagyo, anggota Komite BPH Migas, kepada Kontan, Senin (30/5/2011).

Temuan BPH Migas, aksi penyelundupan ini mayoritas dilakukan stasiun pengisian bahan bakar untuk umum (SPBU), terutama SPBU di dekat kawasan industri. "Tiap hari ahli BPH Migas dipanggil polisi untuk menjadi saksi. Tiap hari ada kasus," kata Adi.

Karen Agustiawan, Direktur Utama Pertamina, menambahkan, pertumbuhan kendaraan bermotor yang mencapai 14,73 persen turut memicu kenaikan konsumsi BBM subsidi.

Yang jelas, akibat penyelewengan tersebut, konsumsi BBM bersubsidi tahun ini bisa melejit menjadi 41,4 juta kl, atau 7,5 persen lebih tinggi daripada kuota di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Tahun ini, APBN 2011 menetapkan jatah BBM bersubsidi 38,5 juta kl.

Merujuk data Pertamina, penjualan premium pada kuartal I-2011 menyentuh 5,88 juta kl, atau 1,6 persen lebih tinggi daripada kuota APBN. Penjualan solar pada periode yang sama 3,32 juta kl, atau 2,4 persen di atas kuota. Over quota tersebut kebanyakan terjadi di wilayah yang ada banyak pertambangan.

Pengamat perminyakan Kurtubi yakin, maraknya penyelundupan dipicu oleh lebarnya disparitas harga BBM subsidi dan nonsubsidi. Dia menyarankan agar pemerintah menaikkan harga premium atau solar menjadi Rp 6.500 per liter. "Jika disparitas dikurangi jadi 60 persen, penyelundupan pasti berkurang," tandas dia. (Fitri Nur Arifenie/Kontan)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com